Rabu, 01 Februari 2012





Kalteng Pos, Jumat, 20 Januari 2012 11:28:04 WIB
LAUT BANDA - Laju KRI Dewaruci mengarungi samudera mulai mendapat tantangan. Pelayaran hari kelima dari Kepulauan Wakatobi menuju Laut Banda disambut hujan deras disertai gelombang setinggi semeter sebelum apel pagi kemarin (20/1). Itu hujan pertama yang mengguyur Dewaruci sejak dilepas KSAL Laksamana TNI Soeparno dari dermaga Ujung, Surabaya pada Minggu (15/1) lalu. Badai ganas khas perairan itu turut menyapa kapal layar latih TNI-AL berumur 60 tahun itu. Meski sempat digoyang-goyang sampai Dewaruci oleng (pitch) ke kanan-kiri sampai kemiringan 10 derajat. Sedangkan kemiringan ke depan-belakang (roll) sampai 20 derajat Perjalanan menuju finis etape perdana di Jayapura yang dikalkulasikan tiba Rabu (25/1) terus berlanjut. "Ini baru perkenalan. Selebihnya bisa lebih dari ini (lebih gawat, Red)," kata Kepala Divisi Bahari KRI Dewaruci Lettu Laut (P) Sugeng Haryanto. Dia menjelaskan, kendala di atas laut harus diubah menjadi potensi. Seperti laju angin pada penghujung hujan akan berakhir berberak dari barat laut. Di sisi lain, arus laut menuju timur laut. Klop dengan alur Dewaruci menuju Jayapura melalui Laut Seram yang dijadwalkan dilalui sore ini. Alhasil, untuk menambah kecepatan mesin yang rata-rata hanya mampu 7 knot, dibentangkan dua dari total 16 layar. Layar dastur besar (layar segi tiga terbawah di antara tiang pertama dan tiang tengah, atau biasa disebut tiang 12-mizzen top sail) dan layar tringket (layar persegi terbawah di tiang depan, tiang nomor 9 atau fore sail). Kecepatan kapal setelah dua layar tersebut berkembang sempurna berangsur-angsur bertambah. sampai 8,5 knot. "Kebetulan kecepatan angin relatif tidak lebih dari 5 knot. Lumayan untuk peran layar (latihan kru membuka layar)," terangnya. Kebetulan, lanjut Sugeng, layar yang terpasang di Dewaruci kini merupakan layar yang masih gres. Layar berbahan kain dakron tersebut diimpor dari Inggris. Pada sorenya, layar teringket digulung. Menurut Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto, arah angin yang berhembus kurang signifikan menambah kecepatan kapal yang direncanakan keliling dunia di empat benua itu. "Kami perkirakan arah angin berlawanan. Laju kapal akan semakin lambat," jelas Bima, sapaan familiernya. Akibat hujan deras sepanjang pagi-siang, tidak ada kegiatan rutin selain peran buka layar seperti pada empat hari sebelumnya. Misalnya, peran kebakaran (simulasi pemadaman api ketika kapal terbakar), peran peninggalan (simulasi menjelang kapal tenggelam), maupun peran kemudi darurat, dan latihan perang. Sedangkan latihan kesenian tradisional tetap digeber di atas geladak atas pada sorenya memanfaatkan cuaca cerah sebelum waktu salat Maghrib berjamaah.(sep/jpnn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar