Minggu, 05 Februari 2012


Menjaga Bahan Makanan Basah agar Bertahan Lama dalam Pelayaran Panjang
Sebelum Punya Pendingin, ke Mana-mana Bawa Es Balok
 Padang Ekspres • Sabtu, 04/02/2012 11:32 WIB • Suryo Eko P—Jayapura • 24 klik
Tertata Rapi: Sertu Bek Ainur Rofik di ruang penyimpanan bahan makanan.
Menjelajahi dunia dengan KRI Dewaruci butuh bahan makanan sehat untuk menjaga stamina. Itu menjadi tugas berat bagian logistik agar makanan awet dan segar selama pelayaran berbulan-bulan.

SEJAK dilepas dari Dermaga Porasko, Jayapura, pada Sabtu (28/1) hingga hari ini, Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci sudah delapan hari berlayar di laut lepas. Pada etape kedua menuju pangkalan militer Kwajalein di Kepulauan Marshall, Amerika, itu kapal produksi 1952 tersebut dijadwalkan selama sebelas hari nonstop mengarungi Samudra Pasifik. Suatu tantangan berat untuk berlayar sejauh 1.794 mil laut di salah satu samudra ganas.

Kendati waktu yang dibutuhkan untuk menuju persinggahan kedua tidak lebih dari dua minggu, para awak kapal telah membekali diri dengan kebutuhan bahan makanan basah yang cukup. Mereka belanja di Jayapura. Misalnya, lauk-pauk berupa daging sapi, daging ayam, tahu, tempe, ikan air tawar, dan ikan laut, serta berbagai jenis sayur-mayur.
Tidak tertinggal buah-buahan bervariasi yang biasanya dikonsumsi sebagai hidangan pencuci mulut setelah makan siang. Antara lain, jeruk, melon, dan semangka. ”Setiap sebelum sandar, kami sudah mengorder daftar belanja kering dan belanja basah agar bahan-bahan itu tidak sampai terlambat masuk kapal,” kata Kepala Urusan Perbekalan KRI Dewaruci Sertu Bek Ainur Rofik.

Agar bahan tetap awet dan segar saat dimasak atau dikonsumsi, terang Rofik, semua harus ditempatkan di ruang khusus. Di KRI Dewaruci, ruang itu terdapat di belakang ruang tidur kadet, geladak bawah. Namanya fresh room. JPNN yang mengikuti pelayaran melihat sendiri ruang seluas 2,5 meter x 9 meter itu. Menuju fresh room bisa melalui pintu yang menghadap anak tangga terbawah dari geladak tengah. Saat memasuki pintu besi kedap udara berukuran 1 meter x 2 meter tersebut, tampak instalasi pendingin ruang terpasang.

Ruang yang melebar itu masih dibagi lagi menjadi tiga ruang. Satu ruang berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan makanan kering. Agar tidak pengap, ruang yang berisi beras, terigu, mie kering, mi instan, dan belanjaan kering lain itu dilengkapi dengan kipas angin sirkulasi (exhaust fan). Sedangkan dua ruang lain berada di bagian lambung kiri kapal. Satu ruang digunakan untuk sayur dan buah. Suhu ruang yang dipenuhi kabut itu 5–10 derajat Celsius. Satu ruang lagi berfungsi membekukan daging dan ikan.

Temperatur ruang yang mirip dengan freezer raksasa itu minus 10–15 derajat Celsius. ”Itu suhu yang harus dijaga agar makanan tidak sampai membusuk,” tutur juru fresh room dan AC Kelasi Kepala Listrik M Irfan.

Selama dia bertugas di kapal yang hampir berumur enam dasawarsa itu, fresh room tersebut hampir tidak pernah mati. Mesin pendingin harus beroperasi saat sandar maupun sedang berlayar. Stabilitas posisi kapal pun menjadi tantangan agar mesin pendingin beroperasi maksimal.

Sebelum kapal itu dilengkapi pendingin ruang (sebelum 1970-an), ungkap dia, pendinginan menggunakan es balok dan garam. Cara itu tidak efektif karena es tidak bisa bertahan lama. Begitu es mencair, bahan makanan basah harus segera diolah agar tidak mubazir. Pada zaman-zaman itu beberapa kali pelayaran KRI Dewaruci ibarat kandang berjalan. Karena ingin menikmati ayam segar yang baru disembelih setelah berlayar berminggu-minggu, para taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) membawa ayam hidup.

Bukan kenikmatan yang didapat. Bau kotoran unggas itu malah mengganggu awak lain. Dekatnya gudang penyimpanan bahan makanan basah dengan ruang tidur kadet menjadi tantangan tersendiri. JPNN yang penasaran tidur di kasur susun tiga dekat pintu fresh room merasakan tidak nyamannya istirahat di dekat gudang tersebut. (***)
[ Red/Redaksi_ILS ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar