Selasa, 24 Juli 2012

Beramadhan di Kapal Dewaruci yang Keliling Dunia, Rute AS-Porto (4/Habis) Aksi Genderang Seruling Pikat Pengunjung


Padang Ekspres • Selasa, 24/07/2012 12:40 WIB • SURYO EKO PRASETYO -- Boston •
Seorang kadet membersihkan papan nama Dewaruci di dek kapal.
Pagi buta (5/7) hujan deras mengguyur Distrik Seaport, Boston Selatan. Itu hujan pertama sejak Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Dewaruci bersandar di Boston. Hingga pukul 07.30 waktu setempat, hujan belum reda meski tak begitu deras. Akibatnya, lapangan di Boston South Fish Pier masih basah sehingga tidak memungkinkan untuk digunakan apel pagi seperti hari-hari biasanya.

Pagi itu memang tak ada apel. Sebagai gantinya, para ABK (anak buah kapal) diperintahkan memasang tenda di tengah geladak. Dengan tenda itu, ak­tivitas di atas geladak tidak ter­gang­gu meski hujan masih rintik-rintik.

Yang juga terlihat agak berbeda pa­gi itu adalah posisi kapal yang lebih ren­­dah dari bibir dermaga. Bahkan, men­­jelang subuh, sekitar pukul 03.00, po­sisinya lebih rendah 3-4 meter. Itu ter­jadi karena garis pasang-surut air laut yang terbilang ekstrem. Tapi, se­iring dengan berjalannya waktu, se­di­kit demi sedikit air laut mulai pa­sang sampai akhirnya kembali se­perti semula sekitar pukul 09.00. Ma­lah saat siang hingga sore, ganti po­sisi badan kapal yang naik 2-3 meter.

Meski masih pagi, ada saja warga yang datang di dermaga untuk melihat-lihat Dewaruci dan tiga kapal asing lain yang san­dar berjajar. Umumnya war­ga sekitar pelabuhan yang se­dang berolahraga. Tak lupa, me­reka berfoto di depan kapal-ka­pal layar istimewa itu dengan meng­­­gunakan kamera hand­pho­ne masing-masing.

Menjelang siang, kompleks Bos­ton Fish Market Corporation su­dah ramai dengan warga yang an­tre untuk bisa masuk ke gela­dak KRI Dewaruci. Mereka ber­bon­dong-bondong men­datangi der­maga. Mulai para orangtua, anak-anak muda, hingga para ba­lita yang digendong mama ma­sing-masing atau diletakkan di kereta dorong naik ke gela­dak ka­­pal. Mereka tampak pe­na­sa­ra­n dengan berbagai or­namen yang menghiasi kapal tua ter­sebut.

Suasana tambah meriah ke­tika para pengunjung men­dapat su­guhan marching band kadet AAL Genderang Seruling (GS) Ja­la Gita Taruna di halaman Bos­ton South Fish Pier. Aksi pa­ra ta­runa AAL angkatan ke-59 yang ma­suk tahun akademik 2010 itu mem­buat warga Boston dan sekitarnya ter­pukau. Me­reka tampil kompak, ran­cak, dan lincah. Penampilan GS itu juga satu-satunya penam­pi­lan mar­ching band yang me­nye­­­ma­rak­kan OpSail 2012 seka­ligus atrak­si terakhir GS sebelum pu­l­ang ke Indonesia.

Dalam aksi itu, marching band yang dipimpin mayoret Ser­tukad Faishal Dwi tersebut juga mengiringi prosesi penye­ra­han tanda mata Dewa­ruci ke­pada tiga kapal layar negara sa­ha­bat pe­serta OpSail 2012. Ba­risan mar­ching band yang di­main­kan 50-an kadet itu ke­mu­dian menuju kapal Cisne Bran­co yang berben­dera Brasil. Ke­mu­dian dilanjutkan ke kapal Bu­que Escuela Guayas (Ekua­dor) dan Gloria (Kolombia) yang san­dar bersebelahan.

Sebelum menyerahkan ke­nang-kenangan KRI Dewaruci kepada perwira kapal negara sa­habat, GS menunjukkan penam­pi­lan rancaknya. Empat pena­buh tambur yang mengenakan kos­tum ala walrus (anjing laut) ber­putar-putar dan meliuk-liuk sam­bil mengangkat tambur yang cukup besar itu. Mereka lalu menyusun tiga drum mem­bentuk segi tiga yang kemudian dinaiki sang mayoret, Faishal Dwi. Dari atas drum, Faishal mem­berikan aba-aba hormat ke­pa­da para perwira kapal nega­ra sahabat. Acara dilan­jutkan de­ngan penyerahan cen­deramata De­waruci kepada komandan tiga kapal asing tersebut.

Kehadiran para taruna AAL dalam pelayaran keliling dunia itu melengkapi aktivitas seluruh kru Dewaruci. Selain praktik pe­layaran dan misi diplomasi se­bagai duta bangsa, para kadet tu­rut mengenalkan budaya tra­disional Indonesia. Sejumlah kese­nian tari daerah dari Nang­groe Aceh Darussalam sampai Pa­pua mereka tampilkan.

Kadet AAL yang mengikuti pelayaran itu sebanyak 101 orang. Mereka terdiri atas 42 kadet korps pelaut, 23 anggota korps Ma­rinir, 17 kadet korps teknik, 10 kadet korps elektronik, dan 9 ka­det korps suplai. Mereka ber­layar dari Miami hingga Boston pada akhir Juni di bawah ken­dali Komandan Latihan Let­kol Laut (P) Baharudin An­war.

Selama pelayaran, mereka di­gembleng dengan materi ke­pe­mimpinan, etika, kerja sama, dan pembinaan fisik untuk ber­tahan di laut serta men­jalankan serangkaian simulasi. Kapal Dewaruci menjadi salah satu kawah candradimuka untuk pembentukan karakter pelaut yang tangguh.

Tinggal berbulan-bulan di atas kapal berdimensi 58,5 meter x 9,5 meter memang cepat mem­bentuk hu­bungan emo­sional antarpelaut. Hu­bungan persaudaraan di kala­ngan pelaut yang disebut seaman brotherhood membuat latar bela­kang daerah asal, status ekonomi dan sosial, hingga agama dike­sam­pingkan.  (***)

Senin, 23 Juli 2012

Beramadhan di Kapal Dewaruci yang Keliling Dunia, Rute AS-Porto (3) Obat Kangen Warga Indonesia kepada Tanah Air


Padang Ekspres • Senin, 23/07/2012 12:34 WIB • SURYO EKO PRASETYO -- Boston 
Sandarnya KRI Dewaruci di Boston mengobati rasa kangen warga Indonesia yang bermukim di kota itu. Kapal legendaris tersebut juga pernah singgah di ibu kota Massachusetts itu dalam pelayaran khusus ke AS pada 2000. Karena itu, tak mengherankan, setelah 12 tahun tidak bertemu dengan Dewaruci, warga Indonesia ramai-ramai mengunjunginya di pelabuhan.

SORE (4/6) itu ratusan WNI dari ber­bagai negara bagian AS tumplek blek di geladak KRI Dewaruci. Saking pe­nuhnya, mereka sampai meluber ke der­­­maga tempat kapal kebanggaan In­­do­nesia itu ditambatkan di Fish Pier 4. Hari itu sebuah cocktail party di­ge­ber di geladak atas. Jamuan isti­mewa ter­sebut dipersembahkan oleh kru De­waruci untuk menyambut war­ga Indonesia yang berada di negeri rantau.

Boston merupakan kota kesepuluh di AS yang disinggahi Dewaruci dalam eks­pedisi keliling dunia kali ini. Sebe­lum­nya, kapal layar itu sandar di Kwa­jalein (Kepulauan Marshall), Honolulu (Hawaii), San Diego, dan New Orleans. Kemudian, Miami, Savanah, dan Norfolk. Setelah itu, Baltimore dan New York sebelum ke Boston.

Selama Dewaruci mampir di kota-kota tersebut, warga Indonesia seolah kedatangan saudara sendiri dari jauh. Mereka pun menum­pah­kan kerinduan akan tanah air di atas kapal tersebut. Seperti yang di­rasakan Joshua W Uto­mo, arek Mojokerto yang kini ber­pro­fesi sebagai psikoterapis, moti­vator, master hipnotis, dan se­abrek kegiatan pertunjukan maupun seminar.

Sejak meninggalkan tanah air pada pertengahan 1990, Jos­hua sibuk dengan aktivitas ku­liah, tuto­rial, dan tampil se­bagai pem­bi­cara dalam berba­gai work­shop mau­p­un seminar program mo­ti­vasi. “Meski saya jatuh ba­ngun di sini, saya tetap tidak bisa me­lupakan Indonesia,” kata Joshua.

Sejak Dewaruci bersandar di Massachusetts akhir Juni lalu (se­lama enam hari), dia me­nga­ku nyaris tidak pernah mele­wat­kan kesempatan untuk men­da­ta­ngi setiap hari. Secara suka­rela, dia membantu para awak De­wa­ruci yang ingin berpesiar di se­kitar Kota Boston. Dengan meng­­gunakan mobil sedannya, dia memberikan tumpangan se­kaligus menjadi guide ke tem­pat-tempat yang dike­hendaki pa­ra ABK (anak buah kapal).

Selain itu, pria yang gaya bi­caranya ceplas-ceplos tersebut mem­bantu menerapi ABK yang ke­canduan merokok. Di antara­nya, Bintara Kesehatan Sersan Sa­tu Khoirul Soleh dan Juru Ban­tu Mesin Pokok Kelasi Kepa­la Mu­ham­mad Basori. “Mum­pung lagi ke­temu. Kapan lagi bisa mem­bantu bapak-bapak dari TNI-AL ini,” tutur Joshua me­rendah.

ABK yang diterapi pun me­ra­sa senang. Khoirul maupun Basori mengaku ingin berhenti me­­rokok. Mereka tidak ingin ke­biasaannya sejak remaja itu ber­dampak kepada kesehatan tu­buh­nya di kemudian hari. “Se­ka­lian bisa berhemat uang be­lan­ja,” ucap Basori, lalu terkekeh.

“Terus terang, selama ini setiap hari saya bisa habis satu pak isi 12 batang,” ujar Khoirul ter­sipu. Sebagai tentara yang di­per­bantukan sebagai tenaga ke­se­hatan, dia merasa seha­rusnya mem­berikan contoh yang baik ke­pada rekan-rekannya. Bukan­nya malah ikut kecan­duan racun nikotin dan tar yang terkandung dalam tembakau.

Terapi berlangsung singkat. Tak lebih dari sepuluh menit. Tem­patnya di ruang tidur ABK ge­ladak bawah. Sambil duduk ber­sila dan memejam, Khoirul dan Basori konsentrasi men­de­ngar arahan Joshua yang du­duk ber­hadapan. Setelah s­e­rang­kaian prosesi hipnoterapi dan me­notok beberapa titik saraf di wajah dan dada, mereka berikrar tidak akan bersentuhan lagi dengan rokok.
“Mudah-mudahan mereka bisa memegang janjinya itu. Apa pun, niat mereka baik dan harus didukung,” pesan Joshua.

Salah seorang warga Indonesia yang datang pada cocktail party di atas Dewaruci adalah Harianto Cahyono. Dia adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas Surabaya yang sedang menempuh program doktor di Boston University.

“Sejak kuliah magister pada 2003 saya tinggal di sini. Jadi, senang sekali saya bisa bertemu de­ngan saudara dan kawan dari In­donesia seperti ini,” ujar warga Su­rabaya, itu yang datang ber­sama istri dan anak perempuan semata wayangnya.

Meski langit mulai gelap, Hariono tetap asyik mengambil foto bagian-bagian kapal dengan menggunakan kamera SLR yang dibawanya. Meski dibesarkan di Kota Pahlawan, dia mengaku baru pertama bisa menyaksikan kapal latih para kadet AAL secara langsung itu.

Wigi Lim, warga Bandung yang juga tinggal di Boston, tak ka­lah terkesan dengan Dewa­ruci. Pria paruh baya yang beker­ja di pabrik otomotif itu malah sem­pat menikmati dua hari ber­malam di kapal tersebut. Ten­tu­nya setelah mendapat izin dari Ko­mandan Kapal Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto.

Selama menginap, Wigi di­dam­pingi Amy Orourke dan Patty Orourke, istri dan anak pe­rempuannya. Karena kamar ti­dur perwira dan ABK sedang pe­nuh, mereka “terpaksa” ditem­pat­­kan di salon atau ruang tamu uta­ma.

Kenangan terhadap De­wa­ruci juga didapat Douglas Verga, w­ar­ga Los Angeles. Pria yang fa­sih berbahasa Indonesia itu me­ngikuti perjalanan Dewa­ruci dari Mia­mi. “Sebagai orang yang per­nah bekerja di kapal pesiar, De­waruci terasa luar biasa,” puji Ver­ga yang sering ke Indonesia un­tuk urusan pekerjaan.

Pemusik yang biasa tampil di ka­pal pesiar itu mengenal Dewa­ruci sejak lama. Dia meni­lai, ka­pal yang tahun depan ber­umur 60 tahun itu memiliki roh isti­mewa. Karena itu, Verga rela me­ngeluarkan dana sendiri un­tuk menginap di hotel selama me­ngikuti sandarnya Dewaruci di sejumlah kota di Amerika. Ter­masuk di Boston, yang kedua da­lam kurun 12 tahun terakhir.

Muhibah Dewaruci di kota itu, berdasar catatan sejarah, su­dah dilakukan dua kali. Yang per­t­ama, pada pelayaran 2000. Ka­la itu Dewaruci dipimpin Letkol Laut (P) Darwanto. Kini mantan komandan KRI De­waruci itu menjabat kepala staf Armada Kawasan Timur (Ar­matim) dengan pangkat lak­samana pertama TNI. (ber­sambung)

Minggu, 22 Juli 2012

Beramadan di Kapal Dewaruci yang Keliling Dunia, Rute AS-Porto (2) Paling Kecil, tetapi Paling Banyak Dikunjungi


Padang Ekspres • Minggu, 22/07/2012 09:47 WIB • SURYO EKO PRASETYO 
Kapal Dewaruci saat singgah di Pelabuhan Porasko, Jayapura Januari lalu.
Perbedaan waktu Indonesia dengan Boston, Amerika Serikat, mencapai sebelas jam. Selisih waktu yang hampir separo hari itu membuat saya harus segera beradaptasi. Sebab, Dewaruci akan me­lan­jutkan pelayaran menuju Ka­nada, tidak sampai tiga hari penuh setelah saya tiba (3/7). Saya bertolak dari Bandara Narita, Tokyo, pada pukul 11.30. Kemudian mendarat di Bandara Logan, Boston, pada jam yang hampir sama waktu setempat.

Menempuh pener­ba­ng­an setengah hari nonstop mem­bu­at tubuh saya jadi penat. Di­nginnya temperatur ruang da­lam pesawat berkisar 21 de­rajat membuat badan meng­gigil. Kon­disi itu tidak biasa karena tem­peratur udara di Surabaya men­ca­pai 25-33 derajat Celsius. Se­limut rangkap dua yang dise­dia­kan pramugari belum mem­buat saya nyaman. Mata menjadi sulit dipejamkan. Se­lama itu pula saya terjaga.

Tidak terasa pesawat yang terbang melambung agak ke utara Lautan Pasifik sudah me­lintasi sebagian kawasan Kanada bagian tenggara dan hendak mendarat di Logan International Airport, Boston.

Bandara Logan be­gitu luas dengan empat lan­dasan pacu. Begitu mendarat, saya langsung menuju loket imig­rasi dan bea cukai. Di sinilah saya sempat waswas karena ke­tatnya pe­meriksaan kei­mig­ra­sian. Bah­kan, saya hampir tidak lolos masuk AS kalau saja si petugas tidak mengenali KRI De­waruci yang saya pakai sebagai “kata kunci” (baca laporan edisi per­tama kemarin, Red).

Nah, setelah semua beres dan diperbolehkan memasuki ne­geri Paman Sam, saya me­nerus­kan perjalanan ke tem­pat tujuan: Pelabuhan Boston.  Di situlah KRI Dewaruci sandar be­berapa hari dalam rangkaian pel­ayaran keliling dunianya yang di­mulai dari Surabaya Januari silam.

Banyak pilihan trans­por­tasi lanjutan dari bandara yang lokasi pulaunya terpisah, na­mun tidak jauh dari pusat Kota Boston. Saya pilih naik taksi agar dapat masuk ke akses terdekat Dewaruci ber­sandar. Taksi me­luncur meliuk-liuk di jalanan Boston yang lebar, mulus, dan tidak padat ken­daraan.

Begitu taksi memasuki Bos­­ton South Fish Pier (Pe­la­buhan Boston), terlihat ri­buan mas­yarakat dari berbagai etnis dunia memadati jalur pedestrian fa­silitas umum pela­buhan. Ratu­san di antaranya membentuk antrean panjang. Mereka akan mengunjungi kapal layar tiang tinggi dari berbagai negara yang sandar di pelabuhan. Selain Dewaruci, kapal lain yang sandar adalah kapal Cisne Branco milik Ang­katan Laut Brasil, Buque Es­cuela Guayas (Ekuador), dan Gloria (Kolombia).

KRI Dewaruci menempati posisi di dermaga paling be­la­kang. Dari balik gedung Boston Fish Market Corporation hanya terlihat bendera Merah Putih yang berkibar di buritan. Untuk menuju kapal ke­bang­gaan Indonesia itu, pe­ngun­jung melewati jalan akses dekat lambung kiri tiga kapal layar negara lain. Baru setelah itu, mereka bisa melihat dari dekat kapal buatan Jerman pada 1952 tersebut.

Kapal Dewaruci memiliki dimensi panjang 58,3 meter dan lebar 9,5 meter. Jika di­ban­dingkan dengan tiga kapal AL di sampingnya, Dewaruci terlihat paling “kecil”. Panjang kapal latih negara lain itu hampir 80 meter dengan lebar lebih dari 10 meter. Selain lebih kecil, De­wa­ruci yang pertama diluncurkan pada 15 Januari 1953 itu menjadi kapal paling tua. Kapal dengan lam­bung dominan berwarna putih de­ngan tiang-tiangnya yang dicat kuning itu sekarang me­na­paki umur 60 tahun.

Bandingkan dengan Kapal Guayas milik AL Ekuador yang dibuat pada 1977 (35 tahun), Gloria pada 1968 (44), dan Cisne Branco pada 1999 (13). ”De­waruci sandar di belakang ka­rena datang paling akhir. Meski begitu, pengunjung De­waruci terhitung paling banyak,” puji Executif Director Boston Har­borfest Susan Park.

Berdasar penghitungan yang dilakukan panitia dengan hand counter (semacam alat hitung manual empat digit), jumlah pengunjung Dewaruci setiap hari rata-rata 9.000 orang. Penuhnya pe­ngun­jung di atas geladak kapal maupun yang sedang antre bukan karena ukuran De­wa­ruci yang lebih kecil. Tapi memang karena banyaknya pengunjung.

Banyak daya tarik yang di­tam­pilkan kapal yang diko­man­dani Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto itu. Patung Wre­kudara atau Bima, tokoh wiracarita Mahabharata Bhi­masena yang bersemayam di bawah cocor, dan ukiran etnis melingkari bawah tiga tiang utama kapal.

Di tiang pertama yang di­na­makan tiang Bima ada uki­ran khas Suku Dayak, Ka­li­mantan Timur. Tiang kedua bernama Yudhistira dengan ukiran Je­para, Jateng. Tiang ketiga (be­lakang) yang diberi nama tiang Arjuna berukir Suku Asmat, Papua. Ukiran kayu khas Jepara yang mengelilingi anjungan membuat area nakhoda ter­lihat beda dari kapal layar pada umum­nya. Sepasang kemudi utama di depan anjungan ter­lihat menambah cantik ka­pal. Sementara itu, kayu jati yang membentang di geladak atas, pijakan anjungan dan haluan, serta bagian atas railing pagar membuat Dewaruci tampak ga­gah sekaligus anggun se­bagai se­buah kapal layar. (ber­sambung/c1/ari)

Beramadhan di Kapal Dewaruci yang Keliling Dunia, Rute AS-Porto (1) Dikategorikan Alien, tapi Tetap Lolos Imigrasi


Padang Ekspres • Sabtu, 21/07/2012 12:47 WIB • SURYO EKO PRASETYO 
Suryo Eko Prasetyo saat tiba di bandara Boston
Ekspedisi KRI Dewaruci keliling dunia telah menempuh separuh perjalanan. Wartawan JPNN Suryo Eko Prasetyo yang Januari-Februari lalu mengikuti pelayaran dari Surabaya ke Jayapura, kini kembali bergabung di atas kapal legendaris tersebut. Dia akan merasakan “nikmatnya” berpuasa selama Ramadhan 1433 H di tengah laut dalam perjalanan dari Kanada hingga Mesir.

SINAR matahari siang itu (3/7) ti­dak begitu terik. Cua­ca di langit Kota Bos­ton, Ame­rika Serikat (AS), terlihat ber­awan. Kondisi cuaca tersebut saya ke­tahui dari jendela kabin pesawat Ja­pan Airlines (JAL) yang membawa saya dalam perjalanan panjang dari Bandara Soekarno Hatta, transit di Na­rita (Jepang), hingga Boston. Jarak­nya mencapai 16.867 km. 

Sebelum mendarat sekitar pukul 13.30 waktu setempat, pesawat sempat melewati pelabuhan Boston. Dari balik jendela pesawat, terlihat empat kapal layar tiang tinggi bersandar di dermaga tersebut. Salah satunya KRI (Kapal Perang Republik Indonesia) Dewaruci. Hal itu terlihat dari bendera Merah Putih yang berkibar di buritan kapal. Sedangkan tiga kapal layar lain yang sandar memanjang berbendera Brasil (Cisne Branco), Ekuador (Gua­yas), dan Kolombia (Gloria).

Setelah menempuh pener­bangan selama 24 jam plus transit hampir 10 jam dari Surabaya, pe­sawat jenis Boeing 7878 yang sa­ya naiki men­darat mulus di lan­dasan pacu Bandara Inter­nasional Logan, Boston. Saya da­tang di kota klub basket NBA Bos­ton Celtics itu untuk ber­ga­bung untuk kali kedua ber­sama Dewaruci.

Kapal latih TNI-AL itu ber­san­dar di Boston Fish Pier sete­lah berpartisipasi dalam lomba la­yar Operation Sail (OpSail) 2012. Lomba ter­sebut dihelat untuk memperingati dua abad pe­rang AS versus Britania Raya. Lom­­ba sudah dilangsungkan mu­l­ai April hingga Juni lalu di be­berapa negara bagian, antara lain New Orleans, Miami, Savannah, New York, Norfolk, dan Bal­timore. OpSail itu sekaligus me­muncaki perayaan hari ke­mer­dekaan AS pada 4 Juli lalu.

Kehadiran Dewaruci dalam iven itu dibarengkan dengan pro­­gram muhibah inter­nasional ke­­liling dunia dan pelayaran Kar­t­ika Jala Krida sebagai prak­tik para kadet Akademi AL (AAL). Selain AS, negara yang di­sing­gahi Dewaruci adalah Ka­na­da, Portugal, Spanyol, Mal­ta, Me­sir, Arab Saudi, Oman, dan Sri Lanka. Setelah itu, Dewa­ruci ba­lik ke Indonesia pada Oktober nanti.

Dua negara yang sudah saya le­watkan dalam ekspedisi terse­but adalah Meksiko dan Pana­ma. Saya bergabung lagi di De­waruci setelah kapal itu mer­apat di Boston selama tiga hari. Saya menjadi satu-satunya pemegang paspor hijau sebagaimana warga sipil biasa. Sedangkan para awak kapal Dewaruci yang berjumlah 78 orang merupakan pemegang paspor dinas (paspor biru).

Saya bersyukur bisa lolos dari pemeriksaan petugas imi­grasi di bandara. Petugas sem­p­at menginterogasi me­ngapa saya ba­ru masuk AS men­jelang hari is­timewa mere­ka, independence day (hari kemerdekaan). Pa­da­hal, visa saya sudah diter­bitkan Kon­jen AS di Surabaya pada Februari 2012 atau lima bulan lalu. Si petugas juga mem­per­soal­kan banyaknya visa yang be­lum saya gunakan.

”Anda masuk kategori alien,” ucap petugas imigrasi bagian ke­datangan internasional di jalur war­ga luar AS.

Di kalangan imigrasi, cap atau status alien dijatuhkan ke­pada penumpang terlarang (sus­p­i­cious passenger). Saya be­ru­saha meyakinkan baru bisa ter­bang ke AS karena paspor di­bu­tuhkan untuk proses per­mo­ho­nan visa ke beberapa negara yang akan saya sing­gahi ber­sama Dewaruci.

Kebetulan, kapal ke­bang­gaan Indonesia itu sedang san­dar di pelabuhan yang tidak jauh dari lokasi bandara. Fakta itu sa­ya ketahui setelah mengintip da­ri balik jendela pesawat men­je­lang mendarat sekitar 30 me­nit sebelum pemeriksaan imi­grasi. Be­gitu saya menyebut ka­ta De­waruci, petugas itu mulai ngeh.

“Dewaruci Indonesian navy ship. Spectacular ship,” ujar petugas berbadan subur terse­but.

Tak lama kemudian, for­mu­lir catatan kedatangan dan pas­por saya distempel. “Welcome to US,” lanjut petugas ter­sebut sembari tersenyum.

Ibu kota Negara Bagian Massachusetts itu sekaligus menjadi tem­pat saya start untuk mene­ruskan ekspedisi panjang Dewa­ruci sampai ke tanah air selama se­kitar tiga bulan. Saya bersama pa­ra awak kapal Dewaruci te­ngah menapaktilasi pelayaran keliling dunia pertama Dewaruci pada 1964.

Kala itu kapal produksi Jer­man pada 1952 tersebut me­nge­li­lingi bumi selama 210 ha­ri atau men­dekati delapan bu­lan. Ru­te­nya, berlayar ke arah barat, me­ngi­kuti perge­rakan matahari. Mu­lai Dermaga Ujung (Su­ra­baya), Jakarta, Sabang, Nang­groe Aceh Darussalam, Kolom­bo, Sri Lanka (Asia); Djibouti, Port Said, Mesir (Afrika); Split, Yu­­goslavia (Eropa); Ca­sablanca, Ma­roko (Af­rika); hingga per­airan Amerika, antara lain St George, New York, New Jersey, An­napolis, Norfolk, dan Rodman. Perjalanan berlanjut ke Aca­pulco (Meksiko), terus ke ne­gara bagian AS lagi di San Die­go, Hawaii, Midway, lalu kem­bali ke Indonesia via Jayapura.

Sedangkan ekspedisi De­waruci kali ini menempuh rute ke timur. Ekspedisi itu di­per­kira­kan memakan waktu 9 bulan 2 hari.

Banyak tantangan yang akan dihadapi pada penjelajahan kali ini. Antara lain, perjalanan di atas laut pada Ramadhan 1433 H. Juga, sahur dan berbuka pua­sa di atas Dewaruci yang se­dang membelah Samudera Atlantik hingga sandar ke tiga negara di Eropa, yakni Portugal, Spanyol, dan Malta.

Kemudian, menyisiri Selat Gi­braltar di antara Spanyol dan Ma­­roko serta Laut Tengah. Di ka­langan pelaut, wilayah per­airan itu kurang bersahabat. Ge­lom­bang ting­gi dan angin ken­cang sering menerpa kapal yang usia­nya sudah lebih dari set­e­ngah abad tersebut.

Hari Raya Idul Fitri 1433 H di­prediksi bertepatan dengan saat Dewaruci sandar di Mesir. Tan­tangan lain adalah saat kapal me­lintasi Teluk Aden di Djibouti yang terkenal dengan para pe­rom­­pak Somalia yang sering mengganggu kapal-kapal asing yang lewat. Kapal berbendera In­donesia MV Sinar Kudus per­nah menjadi korban perom­pak di wilayah itu pada medio Maret 2011. Para awaknya bahkan di­sandera. Jika tidak dibebaskan ja­­jaran TNI-AL, mungkin nak­ho­da dan ABK pulang hanya ting­gal nama.

Lepas dari Djibouti, pela­yaran Dewaruci kembali ke Indo­nesia disambut Samudera Hin­dia yang tak kalah ganas.

Sebagai manusia yang biasa hidup di darat, tidak gampang men­jalani kehidupan di atas laut. Apa­lagi, berdurasi sampai ber­hari-hari, berminggu-minggu, bahkan hingga berbulan-bulan. Perasaan kangen terhadap anak, istri dan tanah air bisa langsung menyergap begitu berada di belahan lain bumi Indonesia. (bersambung)

Sabtu, 21 Juli 2012

KRI Dewaruci Gelar Coctail Party di Canada



St.Johns,(13/7)
KRI Dewaruci yang sedang berlabuh di Pier 9 St John’s  Canada , (13/7) menyelenggarakan coctail party yang dipimpin langsung oleh Duta Besar RI  Otawa Canada Ibu Dienne Hardianti Moeharso dan dihadiri oleh Gubernur  Newfounland & Labrador dan WNI yang berada di kota St John’s.

Coctail Party yang diselenggarakan diatas geladak kapal latih kadet AAL merupakan salah satu rangkaian kegiatan menyambut  ulang tahun yang ke-60 hubungan bilateral Indonesia – Canada. Undangan yang hadirpun diutamakan  kepada seluruh pejabat yang terkait di pemerintahan Canada bersama-sama warga negara Indonesia yang berada di Canada, baik yang sedang menempuh pendidikan, pekerja  maupun staf Konjen Toronto.

Dubes RI Canada pada kesempatan tersebut mengucapkan banyak terima kasih kepada perwakilan pemerintah Canada, yakni Gubernur Newfoundland & Labrador John Crosbie yang hadir bersama-sama istrinya, dimana kerja sama kedua negara yang sudah berlangsung lebih dari setengah abad ini berjalan dengan sangat baik. Ke depan  tentunya masih akan di tingkatkan lagi terutama di sektor ekonomi maupun teknologi, karena Canada merupakan negara yang sudah maju dengan pesat sekali akan teknologinya.

KRI Dewaruci dengan komandannya Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto sebagai tuan rumah acara coctail party pada kesempatan tersebut menampilkan seluruh kesenian yang melibatkan hampir separuh lebih prajuritnya . Kesenian yang di tampilkan mulai dari Tari Rantak, Badinding, Remo, Tari perang Papua dan Reok Ponorogo.

Prajurit-prajurit KRI DWR   tampil prima tanpa sedikitpun melakukan kesalahan pada saat tampil di hadapan undangan yang memadati geladak kapal. Bahkan, di dermaga penuh pengunjung yang juga ikut menyaksikan pertunjukan kesenian tersebut ber sorak-sorai sambil sesekali  larut dalam joget ria bersama-sama tim kesenian. Mereka tidak menduga bahwa semua kesenian tersebut di tampilkan oleh prajurit-prajurit KRI Dewaruci.

Inilah sisi kelebihan prajurit Dewaruci, di samping mampu menjalankan tugas sebagai seorang prajurit matra laut, mereka juga mampu menyuguhkan kesenian tradisional yang di miliki Republik ini, sehingga di setiap kota yang di singgahi merupakan ajang memperkenalkan budaya Indonesia sehingga merah putih akan lebih di kenal di luar negeri. Sebagai duta Bangsa, KRI Dewaruci sangat tepat sebagai sarana  diplomasi karena kapal ini lebih familier.

Setelah singgah selama tiga hari di Canada, siangnya  KRI Dewaruci akan melanjutkan perjalanan keliling dunia menuju Portugal. Perjalanan panjang menembus Samudera Atlantik,  dari Canada menuju Portugal akan memakan waktu selama 12 hari dengan jarak 1.950 Nmil dan kapal kecepatan rata-rata 7 knot  dan diharapkan KRI Dewaruci akan tiba di Portugal tanggal 26 Juli mendatang.. (Dispenarmatim)

KRI Dewaruci Singgah 3 Hari di Kanada


KRI Dewaruci akhirnya sandar di Dermaga Pier 9, St. Johns, Canada (11/07/12) pukul 10.00 waktu setempat setelah menempuh lima hari perjalanan laut dari Boston, Amerika Serikat. Kehadiran kapal latih TNI AL ini disambut beberapa pejabat Duta Besar (Dubes) RI untuk Canada dan Konsul Jenderal (Konjen). Nampak H.E. Dienne H. Moehario beserta staf, Konjen RI di Toronto, Julang Pujianto beserta staf dan Atase Laut RI untuk Amerika Serikat, Kolonel Laut (KH) Anwar Saadi serta pejabat Angkatan Laut Canada, Commander L.R.C. Trim, Commanding Officer, CFS St. Johns. 
 
Lima orang Anak Buah Kapal (ABK) KRI Dewaruci di geladak tengah tidak ingin mengecewakan para penyambutnya kemudian menampilkan tari rantak untuk memberi kehangatan balik. Kehadiran KRI Dewaruci ini ternyata diliput stasiun televisi setempat yaitu NTV dan harian cetak The Telegram. Lokasi sandarnya KRI Dewaruci sendiri berada di dermaga umum tepat  di lambung kanan jalan raya. Oleh karena itu, keberadaaanya tidak luput dari pandangan orang-orang lalu-lalang sehingga mereka menyempatkan diri mendekat bahkan masuk ke dalam kapal saat digelar openship.
 
Dalam lawatannya di Dermaga Pier 9, St. Johns, Canada, selama tiga hari ini KRI Dewaruci akan melakukan beberapa kegiatan. Selain kunjungan kepada pejabat daerah dan angkatan laut setempat juga untuk melaksanakan misi diplomasi. KRI Dewaruci bergandengan dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berupaya mempromosikan pariwisata dan budaya Indonesia dengan tema “Wonderful Indonesia”  ke beberapa negara yang disinggahinya.
 
Tidak terlewat juga kunjungan kali ini di Dermaga Pier 9, St. Johns tentunya menggelar cocktail party dengan menampilkan beberapa atraksi budaya tradisional Nusantara. Setiap harinya KRI Dewaruci menggelar openship dengan pengunjung memadati kapal sepanjang 58,30 meter dan lebar 9,50 tersebut.
 
KRI Dewaruci meninggalkan St.Johns, Canada pada Sabtu (14/07) untuk kemudian memasuki Samudera Atlantik dan menuju Portugal. Parade roll menjadi ritual wajib sebelum kapal ini bertolak meninggalkan satu tempat singgah. Atraksi tersebut telah menarik perhatian warga yang sedang melintas di jalan raya sehingga mereka pun turut melambaikan tangan kepada para pengarung lautan asal Nusantara ini. Indonesia sendiri adalah sedikit negara di dunia ini yang angkatan laut-nya masih mempertahankan tradisi mengarungi lautan dunia dengan kapal layar.
 
KRI Dewaruci telah meninggalkan Tanah Air sejak 181 hari yang lalu. Dalam sejarah pengabdian KRI Dewaruci sejak dibuat tahun 1953, pelayaran keliling dunia kali ini  merupakan yang kedua setelah tahun 1964. Muhibah kali ini mencatat rekor jarak tempuh terjauh dan waktu pelayaran terlama sekaligus yang terakhir karena kapal tersebut segera dipensiunkan. Muhibah KRI Dewaruci di edisi ke-59 tersebut dapat dikatakan fenomenal mengingat kapal buatan Jerman tahun 1952 tersebut usianya hampir 60 tahun.

KRI DEWARUCI PERTAMA KALI SINGGAH DI CANADA



Canada,11 Juli 2012
KRI Dewaruci dengan Komandan Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto untuk pertama kali  mengukir sejarah baru, dimana  perjalanan panjang KRI Dewaruci berhasil singgah  di Dermaga / Pier - 9 St John’s Canada,( 11/7) di sambut oleh Duta Besar Republik Indonesia Otawa Canada Ibu Dienne Hardianti Moeharso beserta staf, Konsulat Jendral Republik Indonesia/ Konjen di Toronto Julang Pujianto beserta istri serta Comanding officer CPS St  John’s Commander L.R.C. Trim di dampingi Athase Pertahanan Laut USA Kolonel Laut KH) Anwar Sa’adi beserta istri

Selama  59 tahun KRI Dewaruci  mengadakan muhibah ke luar negeri, belum pernah singgah di Canada sebagai mana siang ini yang dengan gagahnya bendera merah putih berkibar masuk Teluk  St Johns, Konjen yang berada di hotel di ketinggian menyaksikan langsung bagaimana merah-putih berkibar  sebelum kapal tiba di Pier- 9.

Sesaat setelah kapal merapat rombongan kemudian naik kapal dan diterima oleh Komandan KRI, kemudian diperkenalkan dengan sejumlah perwira kapal dan menerima suguhan tari kesenian Rantak yang di mainkan oleh para prajurit kapal Dewaruci.

Dalam kesempatan singgah di Canada, Duta Besar RI Dienne Hardianti Moeharso yang berkesempatan melihat dari dekat keberadaan kondisi kapal yang sudah berusia setengah abad lebih. Mereka mengelilingi haluan hingga buritan. Sebelum peninjauan,  rombongan Dubes RI di terima di Ruang Salon Kapal, Komandan KRI Dewaruci menyampaikan kondisi kapal yang masih exsis sebagai Duta Bangsa  pada pelayaran keliling dunia 2012.

Menurut Dubes RI tersebut, tepat sekali kehadiran KRI Dewaruci saat ini, karena situasi Kedutaan  sedang mempersiapkan diri menyambut hari ulang tahun yang ke-60 hubungan bilateral Indonesia dengan Canada, sehingga sangat menambah semaraknya kegiatan yang akan di langsungkan selanjutnya.

Sejumlah wartawan media cetak dan elektronoka langsung naik dan mengadakan wawancara baik kepada Dubes RI, Komandan KRI Dewaruci maupun kepada Angkatan Laut Canada yang berada di atas kapal. Pada umumnya mereka menyambut baik kehadiran KRI DWR di Canada, ini terbukti sebelum Dubes RI tersebut meninggalkan kapal sudah banyak masyarakat yang tertarik dan berkunjung ke kapal. Bahkan Dubes RI dan komandan kapal ikut memberikan penjelasan kepada sejumlah pengunjung simpatisan KRI Dewaruci. (Dispenarmatim)

Minggu, 08 Juli 2012

UJIAN AKHIR KJK 2012 KADET AAL’ 59 DI BOSTON USA


 
Menjelang berakhirnya program Kartika Jala Krida  2021 USA Kadet Akademi TNI  AL Angkatan  59,(30/6) melaksanakan ujian conperhensif untuk korps Pelaut, Teknik dan Elektronika berlangsung di geladak utama KRI Dewaruci  yang sedang lego jangkar di pearairan  Teluk Massachussetts.

Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto sengaja mengkondisikan kapal lego jangkar guna menunjang berlangsungnya ujian bagi kadet AAL Angkatan ‘ 59 pada  posisi   42 ͦ   24’ 30” U dan 70 ͦ  47’ 04” B lokasi Teluk Massachussets depan pelabuhan kota  Boston.

Pelaksanaan ujian tersebut dimulai  jam 08.30 hinggga 12.00 , istirahat sholat Jum’at kemudian dilanjutkan  pada jam 13.00 hingga 18.30  meliputi  beberapa materi antara lain :  kebaharian, meteorologi, komunikasi, elektronika,  logistik/ administrasi, astronomi, nafigasi datar, keperwiraan/ PUDD/ PHST dan permesinan.

Tim penguji terdiri dari  gabungan perwira KRI Dewaruci dan Perwira Satgas KJK 2012  dari AAL. Dalam kesempatan tersebut baik Komandan KRI Dewaruci maupun Komandan Latihan (Dan Lat ) KJK  terjun langsung mengawasi jalannya ujian meskipun  situasi dalam keadaan cuaca yang kurang mendukung/ hujan gerimis dan udara dingin mencekam semenjak pagi hari hingga siang hari. Namun karena tuntutan waktu harus selesai hari itu. maka pelaksanaan tetap berlangsung dan ujianpun berakhir tepat waktunya.

Pada malam harinya  seluruh  Satgas KJK 2012 USA mengadakan malam akrap bersama  seluruh Perwira , Bintara dan Tamtama KRI Dewaruci, diawali dengan sambutan oleh Komandan KRI DWR, Komandan Latihan dan pada puncaknya  di tampilkan kreaktifitas kadet yang menampilkan berbagai kesenian yang sudah di rancang sebelumnya.

Gelak tawa para kadet seakan melupakan apa yang telah terjadi selama mengikuti KJK yang penuh kegiatan, sangat menguras tenaga dan fikiran , itulah kesan yang dapat disamapaikan . Disinilah di KRI Dewaruci para kadet benar-benar diuji kemampuan  fisik dan mentalnya oleh perwira pengasuh yang dengan sengaja menggebleng mereka agar dapat mewujutkan / menciptakan perwira-perwira yang handal, profesional yang bermartabat.
Diakhir acara di berikan penghargaan kepada kadet yang berhasil lulus dengan nilai terbaik, dari korps pelaut  sersan kadet  Egisya, korps  teknik  sersan kadet M Fadilla dan korps Elektronika sersan kadet  Randika serta Pengasuh terfavaforit  hasil poling oleh kadet terpilih Mayor Laut (P) Suroto yang kesehariannya selaku Kepala Departemen Operasi KRI Dewaruci. Dari ke tiga kadet yang berhasil mencapai nilai terbaik di korpsnya maka korps teknik ( sersan kadet M Fadilla) keluar sebagai  juara umum/ nilai yang terbaik KJK 2012   dan mendapatkan tambahan hadiah dari komandan KRI DWR.

BOSTON KOTA TERAKHIR PERSINGGAHAN KRI DEWARUCI DI DARATAN AMERIKA SERIKAT

 
Kota Boston Amerika Serikat  sebagai sasaran terakhir daratan Amerika yang menjadi tujuan KRI Dewaruci selama persinggahannya dalam keliling dunia 2012 , Masih dengan kadet AAL Angkatan ‘ 59 KRI kebanggaan bangsa Indonesia merapat di dermaga Fist Pier Boston (30/6). Di dermaga telah ditunggu para simpatisannya. Ribuan pengunjung memadati dermaga tersebut.

Dengan tenang Komandan KRI DWR Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto melangkah turun kapal memberikan ucapan selamat kepada  Rear Admiral  Gregory M. Nosal / selaku Commander , Carrier Srike Grup Two  Baltimore  yang sudah siap beberapa jam lalu menunggu kehadiran sang legendaris  KRI Dewaruci.

KRI Dewaruci  berada di Amerika Serikat sudah berlangsung selama 3 bulan, serangkaian  kegiatan Parade Sail maupun Parade OP Sail telah diikutinya dan telah berhasil membawa harum nama Negara dan Bangsa Indonesia khususnya di Kota Savannah dan sangat menjadi perhatian di setiap kota yang di singgahinya khusus bagi para pengunjungnya.

Seperti pada umumnya begitu kapal merapat langsung membuka/ open ships, pengunjungpun berjejal antrian panjang untuk memasuki kapal. Beberapa jam kemudian kegiatan pertama KRI Dewaruci di Boston  menghadiri Briefing di Comand Center Boston Harborfest  bersama-sama seluruh komandan kapal yang mengikuti Op Sail Boston 2012 yang di pimpin  oleh Susan Park  selaku Excutif Director Boston  Harborfest di dampingi     Rear Admiral  Gregory M. Nosal /  yang datang dari Baltimore.

Di tempat inilah seluruh peserta Op Sail Boston satu persatu menerima bendera peserta Op Sail yang di serahkan secara langsung oleh Susan Park  selaku Excutif Director Boston  Harborfest. Komandan KRI Dewaruci pada acara ini tidak bisa hadir karena tugas yang lain, dan di wakilkan kepada Kepala Departemen Operasi KRI DWR Mayor Laut (P)  Suroto dan Perwira Kesehatan Lettu laut (K) dr. Bangun Pramujo .

KRI Dewaruci Bertolak Menuju Boston

SURYA Online, SURABAYA - KRI Dewaruci yang bersandar  di US Massachusetts Maritime Academy (USMMA) Buzzards Bay,  Kamis (28/6) bertolak menuju Boston.

“Hari ini KRI Dewaruci menuju Boston sebagai kota terakhir di Amerika Serikat yang akan disinggahi KRI Dewaruci,” jelas Komandan KRI DWR Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto, melalui staf penerangan dalam rilisnya, Kamis (28/6/2012).

Sebelumnya, saat tiba di Massachusetts KRI  Dewaruci disambut secara sederhana dalam sebuah upacara yang dipimpin Vice President of Maritime Operation Master TS Kennedy, Capt. Thomas Bushy. Beberapa kota pun telah disinggahi, antara lain Hawaii, San Diego, Miami, New Orleans, Savannah, New York, Baltimore dan kini giliran kota ke 8 yaitu Massachusetts, yang menjadi  tujuan persinggahan sebelum menuju Boston.

Menurutnya, Kota Massachusetts menjadi  kota yang beruntung dapat disinggahi KRI Dewaruci, karena sebenarnya dalam rute pelayaran tidak ada rencana singgah di kota tersebut. "Secara khusus USMMA mengundang KRI  Dewaruci yang sedang membawa Kadet AAL Angkatan ’59 tersebut, agar bisa singgah di US Massachusetts Maritime Academy," ujarnya.