Kamis, 30 Agustus 2012

KRI Dewaruci Berlabuh di Jeddah


Tomi Sujatmiko | Kamis, 30 Agustus 2012
 
Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto dan Saleh Haddad (Foto: Istimewa)

JEDDAH (KRjogja.com) - Kapal Latoh Kadet Akademi TNI Angkatan Laut KRI Dewaruci dari Satuan Kapal Bantu Komando Armada RI Kawasan Timur dengan Komandan Letkol Laut(P) Haris Bima Bayuseto, Selasa (28/8/2012) merapat di Dermaga Pelabuhan Jeddah Nomor 22 Saudi Arabia.

Sebagaimana melalui keterangan tertulis kepada KRjogja.com, Kamis (30/8/2012) Kehadiran KRI Dewaruci di sambut oleh Wakil Konsulat Jenderal/ Konjen RI di Jeddah Cahyono Rustam beserta staf dan 55 Siswa-siswa Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ). Komandan kapal latih kadet AAL Letkol Laut(P) Haris Bima Bayuseto langsung mengadakan kunjungan ke Safar Zafer Al-Mahmari selaku Komandan Pengamanan Pelabuhan Jeddah.

Lalu ke Kantor Kepala Pelabuhan Jeddah yang di terima oleh Sekertaris Saleh Haddad dan terakhir ke Konjen RI yang diterima Wakil Konjen Cahyono Rustam. Kunjungan kali ini dimanfaatkan bagi prajurit untuk melaksanakan umroh yang dibagi dalam dua gelombang karena sebagian prajurit harus jaga di kapal. (Tom)

Rabu, 29 Agustus 2012

KRI DEWARUCI BERLABUH DI TANAH SUCI

 
Kapal Latih TNI AL KRI Dewaruci, Selasa (28/8/2012) berlabuh di Dermaga Jeddah, Arab Saudi. Sandarnya kapal layar ini masih dalam rangkaian muhibah keliling dunia kedua, setelah tahun 1964. Rangkaian kegiatan Operation Sail (Opsail) 2012 di Amerika Serikat dalam rangka 200 Tahun Perang Besar (200th Anniversarry of the War) telah usai. Sejak meninggalkan Amerika Serikat kapal legendaris ini meneruskan pelayarannya melewati Benua Eropa, Afrika dan kini telah memasuki Asia dalam hitungan lebih dari tujuh bulan sejak meninggalkan Dermaga Ujung Surabaya, tepatnya hari ke-226.
Acara penyambutan resmi dilaksanakan begitu kapal merapat di dermaga oleh pejabat KJRI, Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Jeddah diwakili oleh Wakil Konjen Cahyono Rustam beserta staf, Atase Pertahanan Riyadh diwakili oleh Asisten Atase Pertahanan, Mayor Laut (KH) Khasan S., dan tak ketinggalan diramaikan oleh siswa Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ) dan beberapa staf pengajarnya. Acara dilanjutkan dengan kunjungan kehormatan Komandan KRI Dewaruci, Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto kepada Kepala Pelabuhan, Komandan Pengamanan Pelabuhan dan Konjen RI di Jeddah sedangkan ke Panglima Armada Barat Jeddah direncanakan hari Rabu (29/8). Tak ketinggalan koordinasi bekal ulang, kartu pass pelabuhan, pasport dan kegiatan umroh untuk ABK beragama Islam menjadi kesibukan dari awak kapal.
Pakaian umroh dan tas kecil sudah dibagikan ke ABK karena sore hari pukul 17.00 waktu setempat rombongan akan berangkat menuju Madinah. Karena selain kegiatan dinas, misi diplomasi, promosi internasional kebudayaan Indonesia, destinasi wisata Indonesia selama di Jeddah seluruh ABK beragama islam melaksanakan umroh yang dibagi menjadi dua gelombang.
Rencana kegiatan tersebut diawali dengan ziarah ke Masjid Nabawi Madinah, miqat bir ali untuk melaksanakan ihram dilanjutkan ke Makkah untuk melaksanakan ibadah umroh serta i’tikaf di Masjidil haram. Dan pada tanggal 31 Agustus 2012 kapal berusia hampir 60 tahun ini akan meninggalkan Jeddah menuju Salalah, Oman.

 
posted @ Tuesday, August 28, 2012 11:32 PM by Dispenal Mabesal

Kamis, 23 Agustus 2012

KRI DEWARUCI BERLEBARAN SAMBIL BAGI-BAGI HADIAH HUT KEMERDEKAAN

Mesir,(20/8)
KRI Dewaruci di perairan Mesir (19/8) melaksanakan sholat ‘Idul Fitri 1433H di geladak utama dengan Iman dan Khotib  Pelda  Bah Riza Nevyan Syah dari Disminpersarmatim yang mengikuti pelayaran kali ini. Usai sholat “Idul Fitri Komandan KRI DWR Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto langsung bersalam-salaman kepda seluruh prajuritnya yang berbaris melingkar, mereka saling memaafkan satu sama lainnya.
Gema takbir dan tahmid sudah di lantunkan mulai saat selesai berbuka puasa di hari terakhir, tidak tanggung-tanggung di kapal juga sangat meriah dilaksanakan takbiran sampai dini hari sambil memukul drum, sungguh suatu keadaan yang sangat berbeda di banding hari-hari sebelumnya sang sangat sunyi/ sepi hanya bunyi ombak sepanjang hari yang terdengar.
Kebahagiaan bagi seluruh prajurit KRI Dewaruci di hari ‘Idul Fitri 1433 H setelah selama satu bulan menjalankan ibadah Puasa Ramadhan. Puasa kali ini bertepatan dengan bulan Agustus dimana pada (17/8) masih bertepatan dengan suasana puasa. Menjelang  peringatan tujuh belasan meskipun di kapal  dalam pelayaran dari Malta menuju Mesir dilaksanakan berbagai lomba untuk memeriahkan peringatan hari kemerdekaan tersebut.
Pada saat HUT Kemerdekaan RI yang ke- 67 (17/8) dilaksanakan upacara peringatan hari Kemerdekaan secara sederhana namun hikmat dengan Irup Komandan KRI DWR di ikuti oleh seluruh prajurit yang tidak aktif jaga dengan tenu PDU-1. Dalam kesempatan tersebut Komandan membacakan pernyataan Proklamasi 17 Agustus 1945, pembukaan UUD 1945 di bacakan oleh Serda Bah Satriya dan di akhiri dengan pembacaan amatat Panglima TNI oleh Irup.
Keberhasilan KRI Dewaruci dalam pelayaran keliling dunia 2012 saat ini hampir tuntas, pelayaran sudah sampai di daratan Mesir. Para prajurit  yang beragama Islam merayakan hari raya “Idul Fitri 1433 H bertepatan degan 19 Agustus dimana KRI Dewaruci berada di perairan Mesir.
Ada beberapa lomba permainan yang di selenggarakan, semuanya di sediaka hadiah yang sangat besar nilainya. Jutaan rupiah dikeluarkan oleh Komandan. Semuanya ini demi memperingati HUT Kemerdekaan yang ke-67 sambil memberi semangat kepada para prajuritnya yang sudah tujuh bulan  berlayar.
Lomba yang sangat bergengsi panjat tiang Bima, Arjuna dan Yudistira secara estafet denga 3 orang peserta di tiap-tiap Departemen , keluar sebagai juara pertama Departemen II, juara ke dua Departemen III. Juara ke tiga Departemen I dan Departemen IV sebagai juara ke empat. Lomba cerdas cermat keluar sebagai juara pertama Dept I di susul Dept IV, Dept III dan Dept II. Lomba Remi keluar sebagai pemenang pertama Kopda  TTG  Parmo, disusul Kopda TTU Dody Indra, Sertu Nav Cawang dan juara empat Kadep Bah Kapt Laut (P) Sugeng .Lomba catur keluar sebagai juara pertama KLS  TLG  Fakoko di susul KLS Bah Kasmuri, KLS Eta Sutrisno dan KLS Tubagus. Lomba PS Bola berpasangan keluar sebagai pemenang pertama Pakom berpasangan dengan KLD Eta Agung, disusul pasangan Panagi dengan Seka Nav Loka, Kadiv Bah dan Kadiv Eka dan  pemenang ke empat Kadeplog berpasangan dengan Kadep Paska. Lomba memecah Balon  keluar sebagai pemenang di urutan pertama KLS Bah Unggah disusul KLS  Bah Kasmuri, Seda Mes  Jumiat AL Mualip dan terakhir Pelda Bah  Reza N. Syah.dan masih banyak lomba-lomba yang lain.
Diakhir penyeraha hadiah seluruh anggota berkumpul di geladak utama melaksanakan makan pagi bersama-sama, sebelumnya dilaksanakan pemotongan tumpeng nasi kuning yang diberikan kepada Kopda Bah Sarno yang bertepatan mendapatkan karunia atas kelahiran putra ke tiga di RSAL Surabaya dimana berita ini dapat diterima satu hari sebelum lebaran/ hari raya.

Rabu, 22 Agustus 2012

KRI DEWARUCI TIBA DI PORT SAID ( MESIR)

Mesir,(20/8)
KRI Dewaruci  tiba di etape ke- 18 Port Said (20/8) setelah melakukan perjalanan dari Malta selama 6 hari, setibanya di dermaga Port Said Mesir Komandan KRI DWR Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto disambut oleh Athase Pertahanan Kolonel Laut (P) R Teguh Isgunanto beserta istri serta  sekitar 100 WNI ikut menyambut di dermaga.
Setelah kapal merapat Athan dan rombongan berkenan meninjau kapal dan istirahat di Ruang Salon, sementara WNI yang turut menyambut kehadiran KRI DWR langsung mengikuti naik ke geladak utama kapal dan menerima cindera mata berupa pin KRI Dewaruci yang sudah di sediakan oleh devisi jaga saat itu.
Dengan sesampainya di Negara Mesir tersebut berarti KRI Dewaruci dalam misinya keliling dunia 2012 sudah di ambang finish, kini tinggal 3 negara lagi yang harus di singgahi sebelum masuk di perairan Republik Indonesia. Ke tiga persinggahan tersebut Saudi Arabia, Oman dan Srilanka. Jarak yang harus di tempuh untuk sampai di tanah air/Pelabuhan Belawan 4963 Nm dan membutuhkan waktu 43 hari.
Selama di Mesir ada beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan selama singgah tiga hari, antara lain besuk akan melaksanakan tuor bersama dan siang ini Komandan KRI DWR di dampingi Athan langsung mengadakan kunjungan ke Komandan Pangkalan Angkatan Laut di Port Said yang di terima oleh Rear Admiral Aymam  Shaleh di ruang kerjanya.
Kedua pemimpin Angkatan laut ini sangat akrap selama berbincang-bincang, mereka ada hubungan emosional sebagai sesama muslim, harapan dari  Rear Admiral  Aymam Shaleh bahwa hubungan bilateral kedua negara di tahun mendatang akan lebih ditingkatkan dan hal ini bisa dimulai dari kedua Angkatan Laut yang memiliki beberapa persamaan. Apalagi negara Indonesia berpenduduk Muslim terbesar di dunia dan Mesir sangat mengaharapkan peningkatan kerja sama tersebut.
Di akhir kunjungannya Komandan KRI Dewaruci dan Komandan Pangkalan Angkatan Laut  Port Said di Mesir saling bertukar cindera mata, Dan KRI DWR juga memberikan sebuah buku Pengawal Samudera di Kawasan Timur terbitan Koarmatim.

Selasa, 21 Agustus 2012

Perjalanan KRI Dewaruci pada Hari-hari Terakhir Ramadan di Eropa (3) 5 Jam dari Madrid untuk Temui Saudara Sendiri


17 Agustus 2012 - 08.10 WIB

 5 Jam dari Madrid untuk Temui Saudara Sendiri
SHALAT : Para awak Dewaruci usai shalat berjamaah di kapal.foto: jpnn

 
Click Here
CADIZ (RP) -Kedatangan KRI Dewaruci di Cadiz, Spanyol, cukup mengobati rasa kangen WNI yang tinggal di negeri itu. Apalagi, kapal legendaris berumur 60 tahun itu singgah saat Ramadan.

Nama Kota Cadiz bagi penggawa Dewaruci sejatinya tidak asing. Sebab, pada Juni 2003 kapal latih TNI-AL itu juga singgah di kota pelabuhan tersebut.

Sembilan tahun silam Dewaruci dinakhodai Letkol Laut (P) Didin Zainal Abidin. Kala itu kapal berlayar dalam ekspedisi keliling Eropa setelah berlayar estafet dari Sabang (Nanggroe Aceh Darussalam), Cochin (India), Salalah (Oman), Jeddah (Arab Saudi), Port Said (Mesir), dan Tunis (Tunisia).

Berdasar rekam jejak, Dewaruci dalam sejarahnya sudah singgah di Spanyol lima kali. Selain singgah di Cadiz dua kali (2003 dan 2012), kapal layar tiang tinggi itu pernah mampir ke pantai selatan Malaga dua kali (Agustus 2003 dan Juli 2010) serta singgah sekali di pantai barat La Coruna (Juni 2005).

Pada kedatangannya kali ini, Dewaruci singgah ke salah satu wilayah di Andalusia, Spanyol Selatan, lagi dalam suasana berbeda.

‘’Hampir setiap Dewaruci berlayar ke luar negeri, biasanya, bertepatan bulan Ramadan,’’ tutur Bintara Perbekalan Sertu Bek Aunu Rofik saat semobil dengan saya untuk belanja logistik di Jerez, Cadiz.

Meski bulan puasa, menurut tentara yang sudah 20 tahun mengabdi di Dewaruci itu, sulit menemukan suasana Ramadan di kota-kota tempat kapal tersebut singgah.

Kecuali jika kapal sandar di ibu kota negara-negara muslim Afrika Utara, Timur Tengah, dan sebagian Asia yang kebanyakan penduduknya memeluk Islam.

Umat Islam di Cadiz juga terbilang minim. WNI yang tinggal di sana pun tercatat hanya empat orang. Yakni, sepasang suami istri yang menempuh studi S-3 di Universitas Cadiz, Andalusia, dan dua perempuan Indonesia bersuami warga Spanyol yang menetap di kota itu.

‘’Saya baru menyusul istri ke Spanyol lima bulan lalu (April 2012, red),’’ ungkap Irfan Estiono Saputro, warga Bekasi, saat mengunjungi Dewaruci.

Suami Widiastuti Setyaningsih itu gembira karena Dewaruci yang diawaki 77 personil TNI plus wartawan JPNN tersebut singgah di Cadiz. Meski sudah lima bulan mendampingi istri studi di negeri jauh, Irfan mengaku masih merasa terasing.

Karena itu, bila kangen dengan suasana Tanah Air, mereka mengunjungi orang-orang Indonesia yang menetap di Negeri Matador itu, termasuk dua pasangan gado-gado Indonesia-Spanyol.

‘’Yang bersuami orang sini Bude Lilik dan Bude Yuni. Mereka sudah kami anggap seperti keluarga sendiri,’’ tutur Irfan.

Perasaan gembira juga ditunjukkan para pejabat dan staf KBRI Spanyol. Meski menempuh perjalanan darat sekitar lima jam dari Madrid ke Cadiz, mereka menyambut rombongan Dewaruci seperti saudara sendiri.

‘’Ketika bertugas di luar negeri, saya tidak pernah melewatkan setiap muhibah internasional Dewaruci,’’ ucap Duta Besar Indonesia untuk Spanyol Adiyatwidi Adiwoso Asmady.

Widi, panggilan akrab Dubes perempuan itu, mengaku telah empat kali menyambut TNI-AL tersebut. Dia kali pertama terlibat dalam penyambutan Dewaruci pada 1986.

Kala itu Dewaruci ikut dalam Expo 1986 di Vancouver, Kanada. Kebetulan, ayah Widi menjabat Dubes RI untuk Kanada dan dia bersekolah di sana kala itu. ‘’Saya ikut pentas kesenian untuk meramaikan kedatangan Dewaruci,’’ kenangnya.

Pengalaman kedua terjadi ketika kapal itu singgah di Belanda. Saat itu, 2003, Widi menjadi staf KBRI Belanda.

Sedangkan dua ekspedisi lain dilakukan pada 2010 dan 2012, ketika Widi sudah menjadi Dubes di Spanyol.

‘’Sangat bangga bisa mengenalkan budaya Indonesia ke dunia internasional. Apalagi pada bulan Ramadan seperti ini,’’ tuturnya.

Sekretaris I Fungsi Komunikasi KBRI Madrid Chandra Djaya Irianto juga mengungkapkan sukacitanya atas kehadiran Dewaruci. Apalagi, pertemuan itu terjadi saat buka puasa.

‘’Seharusnya kami yang menjamu, ini malah kami yang dijamu. Apalagi, menunya khas Indonesia dan pas di lidah,’’ puji pejabat dari Betawi itu saat buka bersama di lounge room perwira di geladak tengah Dewaruci.

Menu buka puasa yang disajikan para koki kapal petang itu termasuk ‘’spesial’’. Diawali dengan menu tajil berupa kolak kacang hijau, lalu makanan utamanya sayur sup serta sambal goreng teri dan kacang dengan lauk telur dadar, perkedel, dan kerupuk ikan.

Sedangkan untuk menu cuci mulut, ada buah jeruk dan pisang. Acara buka bersama itu dilanjutkan dengan salat Isya dan Tarawih berjamaah di geladak atas.(bersambung/ari/ila)
 

Perjalanan KRI Dewaruci pada Hari-hari Terakhir Ramadan di Eropa (2) Yang Tersisa Hanya Kubah dan Lengkung Jendela

16 Agustus 2012 - 09.46 WIB
 
PORTO (RP) - Islam pernah tumbuh dan berkembang di Porto.  Sayang, kini jejak sejarah itu sudah tak tersisa lagi.

Di pusat kota itu saya disuguhi kawasan tua dengan jalan-jalan berlapis cobblestone (batu alam berbentuk persegi). Kanan dan kiri jalan berupa jalur pedestrian yang memanjakan turis.

Bangunan-bangunan tua berarsitektur kolaborasi dua budaya menghiasi sekelilingnya. Gaya klasik khas Eropa penuh ornamen dan berukir yang dipadukan dengan bangunan khas Timur Tengah berupa kubah di atap bangunan dan jendela lengkung di bagian atasnya.

Gedung-gedung kuno itu dimanfaatkan sebagai kantor-kantor pemerintahan. Sebagian dipelihara sebagai museum dan tempat wisata yang mendatangkan devisa bagi pemerintah kota.

Beberapa bangunan yang memadukan budaya Eropa dengan Timur Tengah itu, antara lain, Katedral Se dan Medieval Tower. Letaknya tak jauh dari Stasiun Sao Bento. Cukup jalan kaki tak lebih dari sepuluh menit ke Selatan.

Katedral Se didirikan sekitar abad ke-12 di atas lahan yang dulunya masjid. Kini tidak ada lagi peninggalan Islam yang tersisa di bangunan itu, kecuali gaya bangunan dan dua menara berpuncak kubah yang mendampingi katedral.

Sedangkan Medieval Tower merupakan kastil untuk pertahanan militer yang dibangun kelompok bangsa Arab Moor dari ujung Teluk pada abad ke-11. Mirip bidak benteng dalam permainan catur dengan pintu dan jendela yang melengkung pada bagian atasnya.

Bangunan kuno lain di kawasan itu adalah Gereja Kembar Igreja do Carmo dan Igreja dos Carmelitas, Pasar Bolhao, Palacio da Bolsa, dan Majestic Cafe.

‘’Majestic Cafe jadi terkenal setelah penulis buku Harry Potter JK Rowling sempat menulis buku di kafe itu,’’ terang Marta Vitorino, petugas tourist center dekat Stasiun Sao Bento.

Sayang, karena sedang menjalankan ibadah puasa, saya tidak bisa masuk ke kafe tersebut. Marta lalu menyarankan agar saya berjalan ke barat beberapa blok. Di sekitar Infante D. Henrique Park berdiri gedung bursa efek Palacio da Bolsa.

‘’Di gedung itu ada ruangan bernama Arab Room. Segera ke sana sebelum Sabtu tutup pukul 16.00,’’ lanjut Marta.

Arab Room yang didirikan pada 1840 mendapatkan sentuhan budaya Arab berkat rancangan arsitek sekaligus seniman Gustavo Adolfo Goncalves de Sousa.

Tak puas hanya di dalam Kota Porto, saya kemudian ke Guimaraes. Kebetulan, dosen teknik geodesi ITS Eko Yuli Handoko yang tengah mengambil program doktor di Universidade do Porto dengan senang hati bersedia mendampingi saya pada hari terakhir di Porto.

Sama-sama dari Jawa Timur membuat kami cepat akrab. Saya juga ditemani M Basir, warga Indonesia yang baru menyelesaikan studi di Universidade do Minho.

Pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Departemen Politik dan Kajian Strategis di Portugal itu menjelaskan bahwa Guimaraes merupakan lokasi cikal bakal Portugal berdiri.

Banyak bangunan tua yang masuk dalam situs warisan dunia UNESCO. Antara lain Santuario da Penha, Guimaraes Castelo, dan Paco dos Duques.

‘’Saya beberapa kali ke Guimaraes. Kalau ke sana lebih enak dengan kereta cepat, sekitar 1,5 jam dari Stasiun Sao Bento,’’ terang Eko.

Selama perjalanan ke Guimaraes, saya disuguhi pemandangan berbeda. Jalur kereta di dataran tinggi melintasi wilayah perkebunan. Ada kebun kol, sawi, dan bawang.

 Tampak pula kebun hortikultura seperti semangka, melon, dan jeruk. Kereta juga melewati kawasan peternakan ayam. Begitu tiba di stasiun tujuan, kami berlanjut naik taksi ke Santuario da Penha untuk menghemat tenaga.

Lokasi situs sejarah itu berada di ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut. Santuario da Penha menjadi bangunan tertinggi di kawasan tersebut.

Untuk mencapai tempat transit hingga tujuan, tersedia kereta gantung. Dari situ, jika cuaca cerah, pengunjung bisa melihat Kota Guimaraes dari ujung ke ujung.

Setelah puas menikmati panorama Guimaraes dari puncak Santuario da Penha, kami turun dengan kereta gantung menuju pusat kota. Dari tempat transit ke jantung kota, kami berjalan kaki sekitar 3 kilometer. Lumayan menguras energi.

Apalagi, siang pada bulan Ramadan itu matahari cukup terik. Informasinya, suhu udara di sudut kota siang itu mencapai 29 derajat Celsius. Menyusuri jalanan maupun gang-gang di Guimaraes nyaris sama seperti di Porto.

Meski tidak terlihat situs peninggalan Islam, banyak bangunan yang masih mendapatkan sentuhan budaya Timur Tengah. Begitu sampai di Paco dos Duques (Palace of the Dukes), kami memasuki istana Raja Pertama Portugal D Henrique melalui pintu lebar dengan bagian atas melengkung.

‘’Di salah satu ruangan ada lukisan yang memperlihatkan Perang Salib melawan bangsa Arab Moor,’’ terang M Basir.

Ia mengakui, khazanah Islam di Guimaraes sebatas simbol-simbol di bangunan tua. Tidak ada masjid sama sekali. Selama tiga tahun kuliah di Guimaraes, pemuda asal Buton, Sulawesi Tenggara, itu hanya menjumpai segelintir imigran muslim.

‘’Kalau mau salat Jumat, kita harus ke Porto atau ke Braga,’’ ungkapnya.  Rumah makan yang menunya dijamin halal hanya ada di warung kebab Turki depan kampus Universidade do Minho.

Sementara itu, banyak masakan di Portugal yang diolah dengan menggunakan wine atau anggur yang difermentasi. Setiap perjamuan makan pun rasanya tidak lengkap bila tidak dilengkapi dengan minum wine.

Sebelum kembali ke Porto sore itu, kami menuju kastil yang tidak jauh dari jantung Kota Guimaraes.

Di salah satu dinding depan kastil terdapat tulisan Aqui Nasceu Portugal. Dalam bahasa Portugis berarti Portugal Lahir di Sini.

‘’Dalam sejarahnya, sebelum mendirikan Paco dos Duques di bukit, Henrique membangun kastil di pusat kota dan memproklamasikan berdirinya Portugal,’’ terang Basir. .(ari/ila/bersambung)
 

Perjalanan KRI Dewaruci pada Hari-hari Terakhir Ramadan di Eropa (1) Masjid di Porto Baru Buka Bila Jamaah Penuh


15 Agustus 2012 - 09.09 WIB

 Masjid di Porto Baru Buka Bila Jamaah Penuh
Bangunan masjid yang merangkap dengan bangunan tempat tinggal di Travessa do Loureiro, Porto menjadi pusat kegiatan umat muslim di Porto. (Foto: F-SURYO EKO PRASETYO/JPNN)

 
Click Here
PORTO (RP) - Kebangkitan Islam di Andalusia, Spanyol Selatan, pada awal 1980-an tidak menular ke negara tetangga, Portugal.

Maka, saat KRI Dewaruci bersandar di Porto, kota terbesar kedua di Portugal, pekan lalu, nuansa Ramadan hampir tak kelihatan dalam kehidupan masyarakatnya.

Suasana Pelabuhan Porto de Leixoes, Senhor de Matosinhos, cukup ramai hari itu. Sebagai kota pelabuhan yang punya daya tarik wisata, Porto sibuk dengan aktivitas bongkar muat barang ekspor impor, pasar pelelangan ikan, pusat-pusat perbelanjaan, dan wisata pantai.

Tak heran bila di sekitar pelabuhan banyak warung makan di pinggir jalan untuk melayani para kuli pelabuhan. Juga lapak-lapak penjual ikan segar yang tersebar di mana-mana.

Dari pusat Kota Porto, diperlukan waktu satu jam untuk menuju pelabuhan yang bersih dan tertata itu. Kita bisa menggunakan alat transportasi masal kereta komuter Metro.

Tapi, kalau naik bus kota, lamanya bisa hanya sekitar 45 menit karena transitnya tidak sebanyak kalau naik komuter.

‘’Di kawasan Pelabuhan Porto hampir tidak bisa Anda temui nuansa Islami. Apalagi suasana Ramadan. Anda harus ke pusat kota kalau ingin bertemu komunitas warga muslim di Porto,’’ saran Atase Komunikasi KBRI Portugal Tresno Budiarto kepada JPNN.

Saran itu JPNN turuti untuk menebus rasa penasaran terhadap Kota Porto. JPNN pun pergi Senhora da Hora, Trindade, dan Campanha, tiga kawasan yang banyak ditinggali imigran muslim dari Mozambik, negara Afrika Selatan yang dijajah Portugis (Portugal) pada 1800-an.

Kala itu banyak budak dari Mozambik yang diboyong ke Portugal. Mereka lalu beranak pinak hingga sekarang.

‘’Mungkin yang ada di Porto sekarang keturunan kesekian. Tapi, komunitas Islam terbesar di Portugal ada di Lisbon,’’ lanjutnya.

Keesokan harinya, setelah sahur dan Salat Subuh, JPNN pergi naik komuter ke pusat Kota Porto.

Tapi, komuter baru beroperasi mulai pukul 06.00. JPNN pun berjalan kaki menuju Stasiun Mercado di seberang dermaga.

Sebelum sampai stasiun, harus menyeberangi Jembatan Ponte Movel yang  melintang di atas kanal Sungai Leca da Palmeira.

Kebetulan, saat hendak lewat, ada kapal kargo dek tinggi yang akan masuk kanal sehingga jembatan harus ditutup 15 menit.

Tidak lama setelah saya membeli tiket perdana dan mengisi ulang sesuai zona jurusan melalui mesin penjual tiket di pinggir selter stasiun, kereta tiba. Interval kedatangan komuter setiap tujuan antara 5-10 menit.

Dari Mercado menuju Campanha melewati belasan stasiun sebelum sampai di Senhora da Hora dan Trindade.

Di setiap stasiun saya sempat turun. Tapi, tidak banyak warga yang mengetahui tempat tinggal komunitas muslim Mozambik.

‘’No entiando (Saya tidak mengerti),’’ ujar beberapa warga dalam bahasa Portugis.

Penelusuran berikutnya adalah menuju kantor informasi pariwisata untuk menanyakan keberadaan masjid. Sayang, petugas di kantor itu juga tidak mengetahui keberadaan masjid. ‘’Sorry, maybe in Lisbon (Maaf, mungkin di Lisbon),’’ katanya singkat.

Karena belum ada titik terang, menjelang petang dari Trindade JPNN berbelok ke Sao Bento, sudut lain Kota Porto.

Begitu sampai di hall Stasiun Sao Bento, saya melihat mural menghiasi dinding stasiun.

Gambar di tembok itu melukiskan peperangan antara bangsa Portugis yang dipimpin Pangeran D Henry dan bangsa muslim Moorish, Afrika Utara, di dekat Sungai Douro.

Sungai yang membelah kota itu menjadi lanskap Porto. Di atas sungai itu berdiri Jembatan Luis I yang menjadi ikon Kota Porto.

Jembatan tersebut didesain Gustave Eiffel, yang juga desainer Menara Eiffel di Paris.

Tak disangka, saat berada di Stasiun Sao Bento, saya bertemu dengan Atase Pertahanan RI di Den Haag Kolonel Laut (T) Wisnu Sumarto bersama istri dan seorang dosen ITS bernama Eko Yuli Handoko.

Dosen teknik geodesi itu sedang menempuh beasiswa S-3  di Unversidade Do Porto.

Maka, kesempatan itu saya manfaatkan untuk menanyakan lokasi yang saya cari. Bersyukurlah, Eko mengetahui seluk-beluk Kota Porto, termasuk keberadaan komunitas muslimnya.

‘’Mencari masjid dan komunitas muslim di Porto memang sulit. Tapi, di sekitar sini ada. Mari saya antar,’’ ujar dosen yang baru menginjakkan kaki di Porto Januari silam itu.

Ternyata, masjid yang dimaksud Eko adalah sebuah bangunan rumah biasa di Travessa do Loureiro. “Yang punya imigran asal Bangladesh,’’ terang Eko.

Sayang, sesampai di lokasi, rumah yang difungsikan sebagai masjid itu terkunci rapat. Tidak ada tanda-tanda aktivitas di dalamnya. Menurut informasi, rumah tersebut baru dibuka bila jamaahnya banyak.

‘’Kalau salat Jumat penuh jamaahnya. Mungkin Magrib nanti (pukul 21.00) ramai. Tapi, sekarang masih lama. Jadi, rumah atau masjid ini masih ditutup,’’ terang Eko.(ari/ila/bersambung)
 

Selasa, 14 Agustus 2012

KRI Dewaruci Singgah Di Malta

Jakarta | Selasa, 14 Aug 2012
Friederich Batari


Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Dewaruci, singgah di Negara Malta, Eropa, Santu (11/8). Kedatangan KRI Dewa Ruci yang melaksanakan tugas pelayaran keliling dunia tahun 2012 di sambut oleh Atase Pertahanan RI di Paris Kolonel (Pnb) Erwin Buana Utama beserta keluarga di dampingi Sekertaris Athan Rona Windwatan, di dermaga Wharf Pinto 3 Valletta

Kehadiran kapal latih Kadet Akademi TNI AL di Malta tersebut juga di sambut oleh beberapa WNI yang kebetulan bekerja di kapal pesiar Aida Bella milik Jerman yang sedang merapat di depan KRI Dewaruci. "Begitu mereka melihat ada kapal berbendera Indonesia langsung mendekat dan naik ke kapal latih bagaikan ketemu keluarga sendiri," kata Kadispen Armatim Letkol Laut (KH) Yayan Sugiana dalam siaran pers yang diterima Jurnal Nasional, Senin (13/8).


KRI Dewaruci adalah kapal layar yang dibuat tahun 1953 oleh HC.Stolcken Soch, Jerman. Kapal ini memiliki 16 layar berbagai ukuran dengan luas layar 1.091 meter persegi, panjang kapalnya 58,30 m, lebar 9,50 m, draft 4,5 m, dan berat 874 ton, memiliki kecepatan mesin 10,5 knot dan kecepatan layarnya 9 knot.

Pada November 1964, pertama kali kapal ini mengelilingi dunia, dan dilanjutkan tahun 2003, 2005, 2010 dan mengelilingi dunia terakhir kali tahun ini dengan komandan Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto.

Di Malta, KRI Dewaruci singgah selama tiga hari dan akan bertolak ke Mesir hari ini (14/8) dan akan tiba di Port Said Mesir (20/8).

Senin, 13 Agustus 2012

DI BULAN PUASA PRAJURIT KRI DEWARUCI TETAP SEMANGAT



 
Suasana bulan Ramadhan merupakan bulan puasa bagi orang muslim adalah kesempatan buat memperbaiki diri. Dalam beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala (SWT). Dibulan penuh berkah dan ampunan ini segala amal perbuatan baik dilipat gandakan pahalanya. Tidak terlepas dari itu para prajutit KRI Dewaruci yang sedang dalam pelayaran keliling dunia 2012 pada saat ini sudah mencapai dua pertiga dari jarak yang harus di tempuh, tetap semangat memenuhi panggilan bulan suci tersebut.
Rasanya memang tidak seperti di bulan-bulan biasanya, Ramadhan kali ini adalah perjalanan yang sangat bersejarah, karena Dewaruci untuk yang ke dua kalinya keliling dunia setelah 48 tahun lalu tepatnya di tahun 1964 merupakan pelayaran keliling dunia yang pertama. dengan komandannya saat itu Letkol Laut (P) Soemantri.
Semangat bekerja tanpa kenal lelah dan disiplin yang tinggi ditanamkan oleh Komandan Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto dan tercermin dari kegigihan prajuritnya dalam bertugas sehari-hari, ini terlihat meskipun disaat bulan Ramadhan mereka sedang menjalankan puasa aktivitas kerja tetap tidak berkurang.
KRI Dewaruci dalam pelayaran keliling dunia kali ini beranggotakan 78 personil terdiri dari 16 Perwira, 22 Bintara dan 39 Tamtama serta 1 wartawan Jawa Pos yang on board dari Boston hingga Surabaya. Dari jumlah tersebut yang beragama Islam ada 69 dan 9 personil non Muslim.
Sungguh suasana kerja harmonis tercipta di kapal latih ini, ada kalanya prajurit yang non muslim membangunkan makan sahur di malam hari, memasakkan makanan/ menyiapkan buka puasa. Aktifitas kerja di tengah pelayaran pun tetap berlangsung khususnya dalam perawatan kapal sehingga meskipun kapal ini sudah tergolong tua masih terjaga dengan baik kesiapannya.
Apel pagi, apel siang tetap berlangsung dipimpin oleh Perwira pelaksana/Palaksa Mayor Laut (P) Osben Alibos Naibaho di geladak H dan sesekali pengarahan oleh Komandan KRI.
Bahkan di setiap pertengahan bulan, diadakan pembacaan surat Yasin dan Tahlil diteruskan makan malam bersama. Ada kalanya bagi prajurit yang sedang berulang tahun pasti disiarkan secara langsung dari anjungan kapal ke ruangan-ruangan yang di sambut sorak sorai oleh prajurit yang lain. Semua prajurit yang berulang tahun pada saat pelayaran pasti diumumkan dari anjungan, karena daftar pengikut pelayaran yang kebetulan berulang tahun sudah terpasang di anjungan kapal.
Di Sisi lain, sebagai pemberian motivasi bagi prajurit, Komandan selalu merayakan hari ulang tahun bagi prajuritnya dengan pemotongan tumpeng nasi kuning dan makan bersama-sama. Keakraban benar-benar tercermin di saat perayaan hari ulang tahun. Bahkan dari prajurit sendiri yang kebetulan berulang tahun mengadakan makan bersama meskipun hanya berbentuk mie instan, minum soft drink dengan makanan kecil yang diedarkan di ruangan- ruangan.
Di malam harinya kegiatan keagamaan juga dilangsungkan di geladak utama, sholat tarawih berjamaah diselingi siraman rohani oleh bintara rohani Pelda Bah Riza Nevyan  Syah, Serka Mes Supari maupun Koptu Bah Masrukhan secara bergantian meskipun hanya sifatnya kuliah tujuh menit, semuanya sangat bermanfaat untuk lebih meningkatkan pengetahuan keimanan dan ke taqwaan kepala Allah SWT.
(Dispenarmatim)
 

Sabtu, 11 Agustus 2012

KRI Dewaruci Sandar di Malta

 
Hasil tracking keberadaan KRI Dewaruci pada hari Jumat 10 Agustus 2012 via Vesselfinder


Hasil tracking keberadaan KRI Dewaruci pada hari Sabtu 11 Agustus 2012 via Vesselfinder


 
KRI Dewaruci yang dikomandani Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto, Sabtu (11/08/2012) pukul 10.00 waktu setempat, sandar di dermaga Malta, sejak meninggalkan Spanyol tujuh hari silam.
Turut menyambut sandarnya kapal layar milik TNI AL tersebut diantaranya Atase Pertahanan Perancis merangkap Italia, Kolonel Pnb Erwin Buana Hutama beserta staf lokal lainnya.
Kegiatan selama tiga hari ke depan akan diisi dengan kunjungan-kunjungan untuk menambah pengetahuan Anak Buah Kapal (ABK). Tak ketinggalan openship setiap hari akan dibuka dengan membagikan brosur pariwisata Wonderful Indonesia.
Pelayaran etape ke-17 (Spanyol-Malta) ini cukup memakan waktu dengan tujuh hari di laut menempuh jarak 1.060 Mil dan gelombak laut serta arus lumayan menggoyang dan mengocok perut ABK di dalamnya.
Dalam kondisi seperti itu para ABK yang beragama islam tetap menjalankan ibadah puasa layaknya di pendirat. Kegiatan yang dilaksanakan selama Bulan Ramadhan diisi dengan sholat berjamaah, termasuk shalat tarawih yang dilaksanakan di geladak H apabila geladak tidak basah terkena siraman air laut.
Demikian berita Dinas Penerangan Angkatan Laut.
 



Kamis, 09 Agustus 2012

KRI DEWARUCI ENAM KALI SINGGAH DI SPANYOL

KRI DEWARUCI ENAM KALI SINGGAH DI SPANYOL



Cadiz, 01 Agustus 2012
Pagi ini KRI Dewaruci untuk yang ke- enam kalinya singgah di negara Spanyol bertepatan dengan awal Agustus (1/8) 2012 tiba di dermaga Pelabuhan Cadiz Spanyol dengan di sambut oleh Atase Pertahanan Darat Kolonel (CAJ) Erry Herman, Protokol Angkatan Laut Spanyol dan staf KBRI.

Ke- enam kali tersebut masing-masing di tahun 2003 singgah di kota Cadiz dan Malaga saat Komandan KRI Dewaruci di jabat oleh Letkol Laut (P) Didin Zaenal.A, kemudian tahun 2005 KRI DWR di bawa oleh Letkol Laut (P) Sutarmono singgah di kota La Coruna, sedangkan tahun 2010 oleh letkol Laut (P) Suharto singgah di Malaga dan Cadiz dan di tahun ini dengan Komandan Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto singgah di Cadiz.

Dengan seringnya singgah di Spanyol tentunya banyak warga/ masyarakat spanyol yang sudah kenal dengan KRI Dewaruci, sehingga di harapkan selama tiga hari singgah di Cadis KRI DWR akan banyak yang mengunjunginya terutama saat open ship berlangsung.

Sesaat setelah merapat di dermaga Komandan KRI Dewaruci mengadakan kunjungan ke Kantor Perwakilan Pemerintahan Spanyol di kota Cadiz, kunjungan ke Wali Kota Cadiz dan ke Deputi Provinsi. Dalam kewempatan tersebut Komandan KRI DWR menyampaikan missinya sebagai Duta Bangsa untuk lebih mempererat kerja sama ke dua negara yang telah terjalin selama ini, di samping itu juga menyampaikan bahwa KRI DWR kali ini singgah di Cadiz dalam rangka perjalanan keliling dunia yang ke dua.

Menjelang berakhirnya kunjungan ucapan terima kasih juga di sampaikan oleh Komanadan karena KRI DWR telah diterima dengan baik di kota Cadiz, kemudian penyerahan cindera mata berupa plaket dari Dan KRI kepada masing- masing Pejabat/ instansi yang di kunjunginya.

Selama singgah di Cadis telah disusun berbagai kegiatan lainnya antara lain Tour bersama di kota Sevilla dimana seluruh Prajurit KRI Dewaruci bersama-sama dengan Komandan melaksanakan kegiatan tersebut kecuali yang sedang dinas jaga, kesesokan harinya akan diadakan tatap muka dengan Dubes RI Madrit di kapal di lanjutkan dengan buka puasa bersamadi kapal dan pada Jumat akan di adakan coctail party. (Dispenarmatim)

KRI Dewaruci Singgah di Cadiz

KRI Dewaruci Singgah di Cadiz
 

Jakarta, Wartakotalive.com
Di bawah komandan Letkol (P) Haris Bima Bayuseto, KRI Dewaruci berkelana lagi menjelajah dunia sejak Januari 2012. Salah satu tujuannya adalah berkunjung ke Cadiz, Spanyol.
Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol, Ibu Adiyatwidi Adiwoso Asmady, dalam sambutan di acara cocktail di geladak KRI Dewaruci, menyatakan bangga atas kerja keras, ketangguhan, dan kerja sama para ABK dan Perwira KRI Dewaruci, yang telah berlayar selama lebih kurang enam bulan dari Indonesia hingga Cadiz. Demikian diberitakan Antara.
Counsellor KBRI Madrid, Theodorus Satrio Nugroho, menyebutkan hal membanggakan lainnya adalah KRI Dewaruci telah memperoleh juara umum American Tall Ship Race 2012 di AS pada bulan Juni lalu.
Kunjungan ke Cadiz ini memberikan arti penting, karena Cadiz adalah pelabuhan tempat Columbus berlayar ke benua Amerika untuk yang kedua kalinya pada tahun 1493.
Dengan Indonesia sebagai negara kepualauan tebesar di dunia, maka terdapat potensi untuk kerja sama di berbagai bidang, seperti pembuatan kapal maupun manajemen pelabuhan.
Acara cocktail dihadiri sekitar 100 undangan, termasuk Wakil Walikota Cadiz, Komandan Angkatan Laut Rota, serta Komandan Kapal Perang Spanyol. Para undangan mendapat suguhan makanan khas Indonesia, seperti bakso, nasi goreng, bakmi, dan rempeyek, yang disiapkan juru masak dari KRI Dewaruci. Acara ini dimeriahkan pula dengan pertunjukan "artis" ABK KRI Dewaruci dengan tarian Badindin, Reog, dan iringan musik band dan kendang Sunda.
Komandan KRI Dewaruci, Letkol (P) Hari Bima mengatakan, merasa bangga dengan pelayaran keliling dunia ini, karena ini merupakan pelayaran keliling dunia yang kedua setelah pelayaran yang sama pada tahun 1964.
Pelayaran keliling dunia ini diperkirakan menghabiskan waktu sebanyak 9 bulan dengan mengunjungi empat benua Asia, Amerika, Eropa, dan Afrika dengan total jarak tempuh sekitart 43 .500 km. BK / av

Kamis, 02 Agustus 2012

Tak Kantongi SC, Nyaris tidak Bisa Ikut Berlayar Ikuti Ekspedisi KRI Dewaruci Keliling Dunia pada Bulan Ramadhan, Rute Kanada–Porto (1)


Setelah menempuh pelayaran panjang, dari Boston ke Kanada, dilanjutkan ke Portugal, akhirnya KRI Dewaruci merapat di Pelabuhan Porto, 26 Juli lalu. Wartawan JPNN SURYO EKO PRASETYO yang mengikuti ekspedisi Dewaruci keliling dunia itu pun melaporkan kembali perjalanan selama 17 hari di tengah Laut Atlantik tersebut.

BERLAYAR di atas kapal yang lingkungannya terbatas bisa mengakibatkan stres. Apa­lagi dalam waktu berbu­lan-bulan seperti di ekspedisi KRI Dewaruci ini. Dimensi panjang dan lebar geladak KRI Dewaruci yang tidak lebih dari 49,6 meter x 9,5 meter terke­san sempit dan yang terlihat itu-itu saja.

Tidak bisa dimungkiri bah­wa rasa kangen terhadap ke­luarga di tanah air sering mun­cul. Bila tidak bisa melawan stres, bisa-bisa sumbu emosi gampang tersulut. Potensi gesekan antarawak kapal pun menjadi terbuka.

Saya yang pernah ikut pela­yaran Dewaruci rute Suraba­ya–Jayapura berusaha me­nyelami situasi psikologis para ABK (anak buah kapal). Ja­ngan sampai kehadiran saya ibarat bensin yang dapat me­nyulut bara menjadi api. Kare­na itu, seluruh prosedur saya penuhi sejak sebelum ber­ang­kat. Di antaranya, dokumen per­jalanan seperti paspor dan visa, tiket pesawat, buku ku­ning berisi sertifikat vaksinasi internasional yang lazim berla­ku di kalangan pelaut, surat tugas dari kantor, dan security clearance (SC) dari TNI-AL.

Persyaratan administrasi tersebut saya urus sejak pulang dari Jayapura, Februari 2012. Kebetulan, paspor sudah saya perpanjang sebelum menda­pat penugasan ke luar negeri, Desember 2011. Di antara rencana 11 negara yang akan disinggahi Dewaruci, saya hanya membutuhkan tujuh visa. Yakni, visa AS, Kanada, Por­tugal (juga berlaku visa Sc­hengen di Spanyol dan Mal­ta), Mesir, Arab Saudi, Oman, dan Sri Lanka.

Buku kuning saya urus di Kantor Kesehatan Pelabuhan Tan­jung Perak dan Bandara Juanda. Tanda tangan dr Ga­ng­­ga Adam Erlangga dan dr Wahju Tj. membuktikan saya per­nah divaksin meningitis, typhoid, dan yellow fever.

Vaksin itu, menurut per­wira kesehatan di Dewaruci dr Bangun Pramujo, merupakan langkah preventif terhadap pe­nyakit maupun prosedur izin masuk ke suatu negara terten­tu. ”Pelabuhan-pelabuhan di AS sangat ketat terhadap war­ga asing yang belum disuntik yellow fever. Negara-negara Afrika dan Timur Tengah bia­sanya sangat perhatian ter­hadap antisipasi meningitis,” terang Bangun.

Saya yakin syarat-syarat lain sudah saya penuhi dari Komando Armada RI Kawasan Timur (Armatim) sebelum mengikuti pelayaran ke Jaya­pura.

Celakanya, SC untuk pela­ya­ran ke luar negeri ter­nyata ti­dak cukup dari Intelijen Ar­matim. Harus ada SC dari Intelijen Mabes TNI-AL.

Namun, saat saya sudah menginjakkan kaki di Boston, AS, masalah prosedur muncul. Yakni, soal SC dari Mabes TNI-AL yang memang belum saya kantongi. Pasalnya, SC itu diperlukan saat saya mengikuti pelayaran di sejumlah negara sebagai prasyarat perizinan. Izin tersebut mestinya diurus sebelum berlayar ke luar ne­geri.

Agenda waktu, dalam rang­ka apa, kegiatan di negara tujuan, siapa saja kru atau personel yang terlibat, dan kapan meninggalkan negara tersebut harus jelas di awal. Prosedur standar itu ditin­dak­lanjuti dengan instansi teknis di negara tersebut.

”Jadi, selama belum ada SC dari Aspam (Asisten Penga­manan KSAL, red), saya tidak menjamin Mas Suryo bisa ikut ke Kanada,” ucap Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto dua hari sebelum Dewaruci mening­galkan Boston.

Mendengar pernyataan Bima tersebut, seluruh per­sendian tubuh saya rasanya tak bertulang lagi. Tidak sampai tiga hari lagi Dewaruci akan berlayar ke Kanada. Tidak mungkin saya harus mengurus lagi di tanah air. Karena itu, saya memohon ada dekresi kebijakan dari komandan De­waruci.

Selain itu, saya langsung menelepon Kadispen Armatim Letkol Laut (KH) Yayan Su­giana. Kebetulan yang ber­sangkutan sedang di Mabes TNI-AL. ”SC langsung ditanga­ni Letkol Laut (KH) Abdul Kadir (kepala Seksi Peliputan dan Pemberitaan Sub Dinas Penerangan Umum Dispenal, red),” kata Yayan.

Saya mencoba menghu­bungi perwira menengah yang baru promosi pada April 2012 itu. Suara di ujung telepon tidak jelas dan cenderung putus-putus. Kemudian, saya ketik pesan singkat kepadanya. Balasannya cukup melegakan hati meski belum ada kepas­tian: ”SC masih di Spamal (staf pengamanan KSAL). Kami mencoba menelusuri SC yang lama di Armatim sambil pro­ses SC yang baru.

Surat kami konsep ko­man­dan kapal agar dapat diterima. Titik terang akhirnya datang dari Atase Laut Republik Indonesia di Washington DC Ko­lonel Laut (KH) Anwar Saadi. Pamen tiga melati yang me­ngawal diplomasi pelayaran Dewaruci 2012 di AS—mulai Kwajalein hingga Kepulauan Marshall—medio Februari tersebut menguatkan saya. Selama di Benua Amerika (termasuk Kanada, Amerika Utara), itu masih wilayah ”ke­kuasaan” dia. ”Yang penting punya visa Kanada tidak ma­salah,” ujar Anwar me­ya­kin­kan saya. (ber­sambung)

Ikuti Ekspedisi KRI Dewaruci Keliling Dunia pada Bulan Ramadan, Rute Kanada-Porto (5-Habis) Cerah, Kru Ramai-ramai Bersihkan Kapal


Cerah, Kru Ramai-ramai Bersihkan Kapal
Palaksa Mayor Laut (P) Osben Alibos Naibaho (kiri) menyaksikan anggotanya berlatih tari badindin menjelang sandar di Kanada. (F-SURYO EKO PRASETYO/JAWA POS)

 

KANADA (RP) - Kesibukan awak KRI Dewaruci meningkat menjelang sandar di Saint Johns, Kanada. Di antaranya, membuat kinclong kembali bagian kapal yang berkarat.

Cuaca cerah tak disia-siakan para ABK (anak buah kapal) KRI Dewaruci siang itu. Mereka memanfaatkan kondisi itu untuk membenahi sekaligus merapikan geladak atas dan properti layar.

Misalnya, pagar railing besi bercat putih di sepanjang lambung kanan dan kiri kapal. Beberapa bagian yang sudah berkarat dibersihkan, lalu digosok dengan menggunakan kertas ampelas. Setelah permukaannya terasa halus, bagian itu dicat lagi hingga kinclong.

Lapisan kayu dan kuningan di atas railing yang tampak buram juga tak luput dibersihkan. Bintara utama Peltu Yohanes Satoro dengan cekatan mengambil kain gombal, cat pernis, dan braso. Kayu yang berfungsi sebagai pegangan pagar itu pun ‘’disulap’’ lagi menjadi tampak baru.

Sedangkan kuningan yang membungkus ujung-ujung kayu railing digosok braso. Warna buram pada logam itu kemudian berubah menjadi lebih terang.

‘’Ini perawatan rutin. Biar kapal tetap dalam kondisi baik terus,’’ ujar prajurit yang sudah lebih dari 20 tahun mengabdi di atas geladak Dewaruci itu.

Meski terhitung senior, urusan pembenahan eksterior geladak yang tak terputus, mulai haluan hingga buritan, menjadi tanggung jawab bersama seluruh kru.

Tentara berpangkat kelasi, tamtama, bintara, maupun perwira pertama bisa disemprot atasan bila geladak utama Dewaruci dalam kondisi berantakan.

Geladak terbuka atau biasa disebut geladak H merupakan perwajahan kapal tersebut setelah landmark pada bagian tiang dan lambung kapal. Di geladak H terdapat haluan, pintu masuk ke geladak tengah, anjungan, geladak isyarat (atap anjungan), serta buritan.

Selain itu, ada kemudi kapal dan peralatan layar seperti tali layar, peti berisi peralatan memanjat, layar cadangan, serta sekoci. Sebelum memasuki jerohan kapal latih Dewaruci, setiap orang akan melewati geladak setinggi 4,55 meter dengan panjang 49,66 meter itu.

Hampir seluruh kegiatan penting dilaksanakan di geladak utama tersebut.

Misalnya, salat berjamaah, apel atau upacara, ramah tamah, dan kegiatan belajar-mengajar. Geladak utama juga sering dipakai latihan kesenian, olahraga, dan cocktail party. Karena itu, geladak utama harus selalu kelihatan terawat, rapi, dan bersih.

Kesibukan para ABK juga terlihat di bawah tiang panjat Bima (tiang depan), Arjuna (tiang tengah), dan Yudhistira (tiang belakang). Di lokasi itu terdapat banyak jenis tali, mengingat Dewaruci dilengkapi 16 jenis layar.

Layar-layar tersebut tertambat di tiga tiang utama plus tiang cocor (depan haluan). Totalnya, belasan layar itu 1.091 meter persegi.  Untuk mengoperasikan layar-layar tersebut diperlukan tali seukuran jempol tangan pria dewasa.

Tali-tali itu dilingkarkan di sebuah gulungan besi statis. Agar poros gulungan tidak aus atau macet ketika diputar perlu diberi pelumas.

‘’Sekalian supaya gulungan tali lebih rapi,’’ tegas juru layar Kelasi Satu Supriyadi.  Aktivitas lain terlihat di geladak dekat akses pintu ABK. Juru bahari Serda Umar Sabat tampak memperhalus lantai dari kayu.

Dengan menggunakan gerenda listrik, bintara dari Kupang itu melantai sembari menggosokkan gerinda ke lantai yang dianggap kurang rata. Sambungan antarlantai kayu dari silikon turut dirapikan.

Untuk menghindarkan kayu dari keretakan akibat suhu udara yang panas, lantai perlu disiram air. Selain itu, kru kapal menutup tanda-tanda korosi di beberapa titik logam besi geladak atas.

Korosi itu disebabkan air laut yang setiap saat membasahi geladak. Penutupan dilakukan dengan menggunakan cat warna hitam dan cairan silikon. Dalam waktu singkat, cat cepat mengering.

Perawatan selalu dilakukan menjelang kapal sandar. Terutama saat cuaca bersahabat. Kegiatan itu setidaknya bisa mengusir kebosanan berbulan-bulan hidup di tengah laut.  ‘’Kondisi kapal yang tetap cantik juga penting. Sebab, setiap sandar, Dewaruci menjadi objek tontonan warga setempat,’’ ujar Supriyadi.(ari/ila)
 
 

Rabu, 01 Agustus 2012

Ikuti Ekspedisi KRI Dewaruci Keliling Dunia pada Bulan Ramadan, Rute Kanada-Porto (3) Lintasi Lokasi Tenggelamnya Kapal Titanic


 
KANADA (RP) - Pelayaran Boston-St Johns, Kanada, sejauh 900 nautical mile (1.666 Km) ditempuh selama lima hari.

Para awak kapal bisa kembali beraktivitas rutin, termasuk persiapan unjuk seni di Kanada.

Petang itu KRI Dewaruci sedang melintasi Tanjung Sable, perairan timur Kanada. Seusai apel petang di geladak atas, kesibukan awak Dewaruci bertambah.

Para ABK (anak buah kapal) yang tergabung dalam tim kesenian mendapat perintah dari Perwira Pelaksana (Palaksa) Mayor Laut (P) Osben Alibos Naibaho untuk berlatih tari.

‘’Anggota tim kesenian daerah kumpul di geladak H untuk latihan’’. Demikian instruksi perwira jaga lewat pengeras suara di seluruh penjuru kapal.

Tim itu beranggota personel bintara, tamtama, maupun kelasi. Mereka biasa tampil dalam setiap acara cocktail party, malam keakraban, dan agenda diplomasi saat Dewaruci sandar di sebuah negara.

Beberapa kesenian yang disuguhkan, antara lain, tari remo ala Jawa Timuran, reog Ponorogo, dan badindin dari Minang, Sumatera Barat. Ada juga rampak gendang Jawa Barat dan tari perang khas Papua.

Tak heran bila pertunjukan kesenian oleh tim kru Dewaruci selalu menarik perhatian para diplomat asing maupun warga setempat. Sebab, selain unik, kesenian tersebut khas.

Latihan petang itu merupakan kali pertama setelah tiga bulan vakum. Sebelumnya, pertunjukan kesenian dalam setiap acara di daratan dipersembahkan tim kesenian kadet AAL. Setelah para kadet pulang ke Tanah Air, misi kebudayaan itu dikembalikan lagi kepada para awak Dewaruci.

Awak Dewaruci pun menyambut perintah atasan dengan serius. Mereka berlatih dengan sungguh-sungguh. Misalnya, yang ditunjukkan Juru Navigasi Serda Asep Sutiono (40), kru paling senior di kelompok rampak gendang. Dia tampak begitu bersemangat saat memainkan alat musik tradisional itu memimpin enam anggotanya.

‘’Sejak gabung di Dewaruci, saya harus bisa menampilkan kesenian dari berbagai daerah,’’ ujar bintara asal Tangerang tersebut.

Asep mengungkapkan, saat bertugas di KRI Arun, kru tidak wajib menguasai tari-tarian etnik Indonesia seperti di Dewaruci. Sebab, di KRI Arun, dirinya diplot menggawangi setir kapal di anjungan. Sementara itu, di Dewaruci, para kru dituntut tidak hanya bisa mengoperasikan kapal, tapi juga menjadi duta bangsa lewat kesenian.

Selain Asep, anggota tim reog Ponorogo Serma Riyanta termasuk tentara sepuh. Meski begitu, bintara bahari yang usianya mendekati kepala lima itu tetap bersemangat ketika memerankan warok. ‘’Sekalian olahraga untuk kebugaran tubuh,’’ ujar tentara yang sudah mempunyai seorang cucu tersebut.

Lain lagi peran yang dibawakan Juru Masak Koptu Saut Tulus Silaban. Dia masuk anggota kelompok tari perang Papua. Lalu, Kelasi Kepala Martuko Simatupang menjadi warok Ponorogo. Juru Bahari Kelasi Satu R Guteres yang asal Dili, Timor Leste, dipercaya menjadi pemain singa barong dalam reog Ponorogo.

Kemudian, juru layar dari Bali I Gede Sastrawan menjadi salah seorang penabuh rampak gendang. Pokoknya, di Dewaruci terjadi lintas budaya.

Latihan berakhir menjelang matahari terbenam sekitar pukul 19.30. Langit mulai beranjak gelap, Dewaruci berposisi di tenggara Provinsi Newfoundland, Kanada.

Tidak jauh dari wilayah itu, pada 14 April 1912, terjadi sebuah tragedi laut terbesar sepanjang sejarah. Kapal pesiar Britania Raya bernama Titanic tenggelam setelah menghantam gunung es. Musibah tersebut menewaskan 1.514 penumpangnya.

Insiden terjadi dalam pelayaran perdana Titanic dari Southhampton, Inggris, ke New York, AS. Sebagian korban tewas karena hipotermia yang dipicu dinginnya air laut hingga -2 derajat Celsius.

Perairan itu pada bulan-bulan tertentu dilalui bongkahan es yang hanyut terbawa arus air laut ke selatan. Bongkahan es yang menyerupai bukit maupun gunung tersebut terlepas dari wilayah Kutub Utara maupun greenland Denmark. BMKG Maritim setempat sempat mengingatkan Dewaruci tentang es yang hanyut dari Newfoundland.

Udara dingin yang berembus malam itu membuat saya tidak tahan berlama-lama di geladak atas Dewaruci. Iklim di Newfoundland, berdasar prakiraan BMKG Bandara St John’s selama Januari-Juni 2012, masuk musim dingin.

Di antaranya ditandai turunnya hujan salju. Kemudian, musim panas terjadi pada Juli-September. Bulan berikutnya sampai akhir tahun masuk musim semi.

Meski pelayaran ke Kanada terhitung musim panas, efek musim dingin bulan sebelumnya masih terasa. Terutama ketika kapal melewati perairan Kanada di timur Halifax.

Ketika itu, Dewaruci berpapasan dengan beberapa yacht (sejenis kapal layar kecil) yang menyambut musim panas. Namun, temperatur kurang bersahabat masih terasa di Pelabuhan St John’s.

Dewaruci sandar selama tiga hari di dermaga 9 pelabuhan itu untuk kemudian melanjutkan pelayaran menuju Porto, Portugal, menjelang Ramadan 1433 H. (ari/ila)
 
 
 

Ikut Dewaruci Keliling Dunia pada Bulan Ramadan, Rute Kanada-Porto (2) Terpaksa Tidur di Ruang Penunggu Kapal


Terpaksa Tidur di Ruang Penunggu Kapal
Para awak KRI Dewaruci bergotong royong mencuci seprai dan selimut dalam perjalanan Boston-Kanada. (Foto: SURYO EKO PRASETYO/JPNN)




BOSTON (RP) - Suasana terasa agak berbeda ketika KRI Dewaruci meninggalkan Boston. Kapal jadi terasa lebih enteng jika dibanding sebelumnya.

Sebab, 101 kadet Akademi Angkatan Laut (AAL) beserta lima perwira pembimbing yang semula memadati kapal latih TNI-AL tersebut tak ikut lagi dalam perjalanan ke Eropa. Mereka kembali ke Tanah Air dengan pesawat terbang.

Karena itu, sejak meninggalkan Amerika Serikat, Dewaruci hanya berawak 78 anggota TNI-AL. Terpaksa Tidur di Ruang ‘’Penunggu’’ Kapal.

Dengan demikian, suasana kapal jadi lebih longgar. Tempat tidur tidak perlu lagi berdesak-desakan. Begitu pula saat mandi atau makan, antreannya lebih pendek dan cepat. Kapal yang semula overload (semestinya tak boleh lebih dari 150 penumpang) jadi terasa ringan.

Kapasitas ruangan yang terbatas dijejali penumpang dua kali lipat dari yang semestinya. Misalnya, ruang perwira yang berkapasitas 2-4 tempat tidur terpaksa diisi sampai 6-7 tempat tidur.

Ruang tamu utama atau salon yang bukan ruang tidur, ketika masih ada kadet, terpaksa dijadikan ruang istirahat yang penuh sesak.

Ruangan yang biasa dipakai komandan kapal menerima tamu berada di bawah bagian buritan. Sementara itu, ruangan salon dilengkapi dua set sofa beralas karpet dan ber-AC. Saya sempat menempati ruangan yang konon merupakan rumah ‘’penunggu’’ kapal berumur 60 tahun tersebut.

Yang paling penuh sesak adalah ruang tidur ABK (anak buah kapal) dan ruang tidur kadet. Sekitar 30 ranjang susun tiga didesain menjadi magic box (kotak ajaib).

Setiap kasur, selain untuk istirahat, menjadi tempat untuk meletakkan perbekalan para kadet dan ABK. Padahal, ukuran kasur itu hanya 2x1 meter. Di bawah kasur terdapat kotak seperti lemari untuk menyimpan alat-alat pribadi.

Di ruangan tersebut juga terdapat puluhan loker yang biasa digunakan menyimpan baju. Sementara itu, bagian tengah dilengkapi pendingin ruangan untuk meletakkan tas-tas besar, koper, hingga peralatan band, sound system, maupun perlengkapan lainnya.

Bagi yang tidak terbiasa masuk ke ruang tidur ABK dan taruna, napas bisa terasa sesak. Sebab, baunya terasa apak dan lembap. Maklum, selain penuh sesak, banyak barang yang tak pernah dicuci.

Dari dalam, Dewaruci memang terkesan besar. Padahal, kapasitas kapal latih itu sejatinya relatif kecil untuk kebutuhan ke depan. Cukup beralasan jika KSAL Laksamana Soeparno dalam suatu kesempatan menegaskan bahwa Dewaruci II nanti harus lebih besar. Daya muat dan fasilitas akomodasi kapal minimal dua kali lipat dari Dewaruci I.

Begitu Dewaruci lepas sandar dari Boston, kondisi kapal berubah total. Ruang tidur taruna yang ditinggal penghuninya kembali bisa dimanfaatkan para ABK secara leluasa.

Selain bisa mengurangi kepadatan di tempat istirahat ABK, ruangan kadet bisa digunakan menyimpan barang-barang bawaan.

Saya akhirnya juga ikut boyongan dari ruang angker di salon ke ruang tidur yang ditinggalkan para kadet. Saya mendapat tempat tidur alternatif dan dua loker untuk menyimpan barang-barang bawaan saya dari Surabaya.

Posisi tempat tidur alternatif saya berada di ruang kadet. Tepatnya di lambung kiri kapal yang tidak jauh dari titik yang bocor tempo hari. Beruntung, kebocoran itu dapat diatasi dengan baik sehingga tak bocor lagi.

Untuk tempat istirahat, disediakan tempat tidur susun dua untuk saya. Tempat tidur itu saya tempati bersama seorang perwira staf intelijen. Posisinya di lambung kanan, di samping lorong dekat pantri (dapur kering) dan dekat toilet perwira menengah/tamu VIP.

Ruangannya berukuran 3x2 meter, sedangkan ukuran kasurnya sama seperti di tempat tidur ABK, 2x1 meter. Namun, tempat tidur susun tersebut lebih longgar karena jaraknya dengan kasur di atasnya cukup tinggi, sekitar 1,5 meter.

Dengan begitu, yang menempati kasur di bawah tidak sampai terantuk besi di atasnya jika duduk. Hal itu berbeda dari kondisi di ruang tidur para ABK yang jarak susunnya hanya setengah meter.

Persoalannya, AC di ruang tidur kami disetel sentral, sehingga tidak bisa dibesar-kecilkan sendiri. Temperaturnya sudah di-setting 21 derajat Celsius setiap saat.

Akibatnya, udara di ruangan itu cukup dingin. Kami pun harus mengenakan pakaian berlapis-lapis kalau tidak ingin menggigil kedinginan.

Dinginnya udara dalam dua hari perjalanan awal membuat para awak kapal tidak bisa banyak beraktivitas. Sejak meninggalkan Boston, tidak terlihat sinar matahari menembus awan mendung di atas perairan Atlantik. Suasana petang di sini terjadi pukul 20.30. Saat itu, matahari baru tenggelam.

Cuaca mulai bersahabat memasuki Ahad siang lalu. Awan tipis di sepanjang langit Teluk Maine, Laut Emerald, hingga mendekati Tanjung Sable perbatasan AS-Kanada mulai terlihat.

Sinar matahari pun terasa di atas geladak kapal. Saat itulah seluruh awak kapal bekerja bakti untuk mencuci segala perlengkapan yang kotor dan bau. Baju, seprai, selimut, karpet, dan lain-lain dikumpulkan di geladak untuk dibersihkan.

Kepala Divisi Layar Lettu Laut (P) Yacob Tri Raharjo turut ikut berbasah-basah bersama anak buahnya. Begitu bersih, seprai putih bermotif garis berlogo jangkar TNI-AL dan selimut hijau digantung di geladak terbuka.

Jadilah Dewaruci seperti jemuran yang terapung di sepanjang perairan timur Kanada sampai Atlantik Utara.(bersambung/ari/ila)

Dewaruci Keliling Dunia pada Bulan Ramadan, Rute Kanada-Porto (1) Lima Hari Menggigil di Samudera Atlantik


 Lima Hari Menggigil di Samudera Atlantik
JPNN berada di antara awak KRI Dewaruci saat berlayar menuju Kanada, beberapa waktu lalu. (Foto: JPNN)

 
BOSTON (RP) - Sudah lima bulan KRI Dewaruci mengelilingi Amerika Serikat. Dari pelabuhan terakhir di Boston, kapal legendaris itu bergeser ke Amerika Utara. Tepatnya di Saint John’s, Kanada.

Petang itu pukul 15.30, KRI Dewaruci keluar dari dermaga ikan Distrik Pelabuhan Boston. Sebuah kapal tunda yang membawa pandu pelabuhan menarik haluan Dewaruci menjauh dari dermaga.

Kapal melewati perairan sedalam 40-an meter yang berwarna hijau bening. Sebagian ABK melaksanakan peran muka belakang. Mereka menempati posisi di tepian haluan, lambung, dan buritan.

Selesai peran muka belakang, dilanjutkan peran pemanduan sampai kapal menjauh dari teluk.

Puluhan warga Boston yang menyaksikan Dewaruci lepas sandar tak kunjung beranjak dari tepi dermaga. Mereka terlihat tidak rela berpisah dari kapal latih TNI-AL yang hampir sepekan sandar di ibu kota dan kota terbesar di Massachusetts itu.

Suasana makin menyentuh ketika lagu Sailing diperdengarkan melalui pengeras suara kapal.

Dewaruci menjadi kapal layar tiang tinggi terakhir yang meninggalkan Boston. Sehari sebelumnya, tiga kapal latih milik Brasil, Ekuador, serta Kolombia meninggalkan Teluk Massachusetts.

Perasaan sayang harus meninggalkan salah satu kota tua di AS itu begitu terasa di dada para ABK.

Keberangkatan tersebut molor sekitar 3,5 jam dari jadwal semula pukul 12.00. Itu terjadi menyusul insiden bocornya lambung kiri sehari sebelum berangkat, sehingga harus ditambal dengan kuat. Dewaruci harus tetap tepat waktu tiba di negara tujuan berikutnya.

Saat Dewaruci menyisiri alur pelayaran di barat daya Bandara Logan, sejumlah pesawat melintas di atas tiang Dewaruci. Pesawat-pesawat itu datang dan pergi dari bandara internasional tersebut.

Bandara itu berada di sebuah pulau sisi timur laut yang terpisah dari South Boston Waterfront, kawasan pelabuhan tempat Dewaruci sandar.

Selesai peran pemanduan, angin lumayan kencang bertiup dari lambung kiri kapal. Laju Dewaruci pun makin ringan, menyisiri belasan kepulauan di timur Area Taman Nasional Boston Harbor Island.

Di antaranya, Thompson Island, Spectacle Island, Gallop’s Island, George’s Island, dan Deer Island. Gugusan kepulauan itu mirip di kawasan Karimunjawa, Jawa Tengah.

Pulau-pulau itu menjadi objek wisata maritim. Bedanya, bila di Karimunjawa banyak anakan ikan hiu, di Boston gerombolan ikan paus sering menyembul ke permukaan.

Mereka sesekali menyemburkan mata air artesis dari lubang kepalanya. Beberapa di antaranya bermain-main dengan meloncat di atas permukaan air laut. Ada yang loncatannya sampai dua meter.

Semakin jauh dari daratan, hembusan angin makin kencang. Matahari petang masih menunjukkan sinarnya yang merah menyala. Meski begitu, udara terasa semakin dingin.

Karena itu, peran parade roll berupa ABK memanjat anak tangga di tiga tiang utama dan peruan (tiang horizontal di tiang depan) diakhiri.  ‘’Peran parade roll selesai... Peran parade roll selesai...’’ begitu instruksi yang terdengar dari dalam anjungan.

Berdasar prakiraan cuaca yang dilansir kantor BMKG Maritim Boston, cuaca hari-hari itu relatif normal. Kecepatan angin 7-9 knot. Ketinggian gelombang laut tidak lebih dari 2,7 meter.

Yang agak mengkhawatirkan hanya suhu udaranya. Menurut catatan BMKG, suhu paling rendah 15 derajat celsius. Tapi, termometer di jam tangan maupun termometer di kapal menunjukkan angka 11 derajat celsius.

Dan kondisi seperti itu terjadi selama lima hari pelayaran menuju Kanada.

Tidak banyak aktivitas yang dilakukan para awak kapal selama melintasi Samudra Atlantik dari Boston ke St John’s. Apel pagi pukul 08.00 dan apel sore 15.30 di geladak atas kerap ditiadakan. Petugas jaga di haluan harus mengenakan jaket dobel untuk mengawasi laju kapal.

Dinginnya air laut terasa hingga ke ruang-ruang dalam kapal. Hampir seluruh besi di kapal kebanggaan Indonesia itu terasa seperti es batu. Dingin sekali.

Sebagian besar AC (air conditioner) di kapal sudah dimatikan. Hanya pendingin ruangan di fresh room, tempat menyimpan bahan belanja basah, yang tidak dimatikan. (ari/jpnn/ila)