Kamis
(27/9/2012) dini hari KRI Dewaruci melaju dengan kecepatan rata-rata
delapan knot mengarungi Samudera Hindia dari Colombo, Sri Lanka menuju
Belawan, Medan untuk merampungkan etape ke-22.
Setelah
sholat subuh berjamaah di geladak H, suasana KRI Dewaruci terlihat
berbeda, para Anak Buah Kapal (ABK) sibuk dengan membasahi lantai yang
terbuat dari kayu di sepanjang lorong dengan air laut, tiap sudut kapal
diikat kain, menyiapkan selang, pompa air, tak ketinggalan solar dan oli
bekas dimasukkan ke dalam drum merupakan bagian awal dari kegiatan yang
akan dilaksanakan yaitu “pembabtisan” bagi penumpang yang baru pertama
kali ikut kapal latih TNI AL.
Yang membuat istimewa adalah “pasien” yang dibabtis kali ini adalah dua orang perwira dari Sri Lanka masing-masing berpangkat liutenant (kapten), bernama Liutenant/BMGS Jayarane dan Liutenant/CGS
Kumara. Kedua perwira tersebut ikut dalam pelayaran dari Colombo, Sri
Lanka menuju Belawan, Medan dalam rangka pelatihan singkat agar
mengetahui bagaimana kegiatan yang dilaksanakan di KRI Dewaruci, seperti
halnya tahun sebelumnya. Kegiatan navigasi, operasi, bahari, logistik,
peran layar, latihan peran kebakaran, latihan peran kebocoran, latihan
peran peninggalan, pengoperasian alat-alat navigasi, halu kapal, plot
peta, keperwirajagaan, Peraturan Urusan Dinas Dalam (PUDD) khas TNI AL
dan kegiatan lainnya hingga awal bulan depan.
Dengan
terlibatnya dua perwira Sri Lanka dalam etape ke-22 ini, selain menambah
wawasan dan pengalaman perwira Sri Lanka dan tukar menukar ilmu
keangkatanlautan, juga merupakan wujud hubungan diplomatik yang baik
antara Indonesia dengan Sri Lanka.
Begitu
terdengar suara-suara menyeramkan dari pengeras suara di anjungan kapal
yang terdengar di seluruh bagian kapal, kedua penumpang baru tersebut
keluar dari kamar perwira hanya mengenakan celana pendek, lalu
diperintahkan untuk merayap melalui lorong sempit dengan rute lounge room kadet, kamar mandi bintara-tamtama, kamar mandi kadet, lounge room
bintara-tamtama dan dapur lalu kembali ke depan kamar perwira sejauh
kurang lebih 50 meter. Suara keras beberapa punggawa tertawa lepas,
diiringi musik yang menyeramkan tak henti-hentinya menghiasi pagi buta
sehingga suasana kapal berubah menjadi mencekam ditambah dengan
lampu-lampu di sepanjang lorong dipadamkan. ”Ha... ha... ha... suruh
merayap dua orang perwira Sri Lanka itu..... mandikan mereka,
ha....ha....ha...”, teriak para punggawa dari anjungan. Setelah merayap
dua putaran, kedua perwira tersebut diperintahkan untuk naik ke Geladak H
dan disambut dengan teriakan, bentakan dari para punggawa yang sudah
menunggu. Sambutan semprotan air lautpun tak luput ditubuh berwarna
gelap itu lalu diperintahkan melakukan hal sama, merayap di geladak dua
kali putaran dari geladak tengah hingga haluan disetiap sudut berdiri
dengan garang para punggawa berpakaian hitam-hitam. Ritual berikutnya
adalah menaiki tiang Bima (tiang paling depan) dan mengambil nama babtisnya diatas tiang, dilanjutkan menaiki tiang Arjuna.
Setelah merayap dan naik tiang dilanjutkan dengan mandi oli dan
stempet, “mandikan mereka berdua...... ha....ha...ha.... sucikan
mereka..... ha....ha....ha.... mereka masih bau darat, diperutnya masih
banyak makanan dasar laut yang harus disucikan...... ha...ha...ha...”,
suara punggawa memerintahkan. Tidak sampai hitungan menit kedua perwira
tersebut sudah penuh dengan oli dan stempet di sekujur tubuhnya.
Tidak
lama kemudian datanglah sosok pria gagah bernama Bima yang diperankan
oleh Kopda Mes M. Irfan didampingi dua punggawa yang menyeramkan,
diperankan oleh Kls Ttb Tubagus Gozali Ilmi dan Kld Kom Ragil Bastoni.
Kedatangan Bima disambut oleh Komandan KRI Dewaruci, Letkol Laut (P)
Haris Bima Bayuseto, kemudian Bima menanyakan kepada Komandan KRI
Dewaruci, “ada apa gerangan komandan?” Komandan menjawab “mereka adalah
dua orang perwira dari Sri Lanka yang ikut dalam pelayaran ini, dari Sri
Lanka sampai ke Indonesia, mereka masih kotor, mohon untuk disucikan
wahai Bima”, jawab Komandan. “Baiklah Komandan, kedua perwira ini akan
kami sucikan, ha...ha...ha...” ungkap Bima dan diikuti tertawa
menyeramkan oleh kedua punggawanya sambil berjalan menuju singgasana
dibawah tiang Arjuna dengan gambar tengkorak diatas silangan tulang
manusia. Maka prosesi selanjutnya adalah mandi dengan dicelupkan ke
dalam tong yang berisi oli dicampur solar, laporan kepada Bima, mencium
kaki Bima dan terakhir minum pil serta jamu dewaruci.
Tokoh Bima diambil dari pewayangan Jawa. Bima adalah seorang kesatria sakti, kuat mempunyai kuku ampuh bernama pancanaka
di tangannya, berwatak jujur, setia, patuh, adil, keras kemauan, ulet,
kukuh memegang pendirian, tenang dan tidak sombong. Bima mencari sesuatu
yang dapat memberikan kebahagiaan abadi bagi manusia yakni “tirta
amerta” lalu bergurulah kepada pendeta Durna (seorang Brahmana dari
negeri atas angin ketika muda bernama Kumbayana) dan mendapat petunjuk
bahwa apa yang sedang dicari itu ada di dasar samudera. Dikaji cerita
itu mengandung falsafah kehidupan, petuah dan pendidikan bagi manusia
bahwa untuk mencapai tujuan tidaklah mudah jalannya, penuh dengan
tantangan yang harus diatasi sehingga diperlukan ketabahan iman maupun
mental. Akhirnya Bima mendapatkan jawaban atas pertanyaan apa arti hidup
itu. Setelah mengatasi segala macam kesulitan ia bertemu dengan
Dewaruci di pusat Samudera. Secara singkat cerita Dewaruci dan tokoh
Bima didalamnya merupakan cerita penggemblengan mental untuk mengenal
diri sendiri atau introspeksi, yaitu dengan mengikuti pelayaran di kapal
layar milik TNI AL ini yang merupakan kapal latih untuk menambah
pengetahuan, astronomi, cuaca, ombak, gelombang laut sehingga tercapai
keyakinan, kepercayaan serta kemampuan diri.
Salah
satu tujuan pembabtisan ini diantaranya untuk mengenalkan secara detail
fisik kapal, menjadikan lebih kuat dan tidak mabuk laut, menjadi
pelaut-pelaut sejati. Seluruh rangkaian kegiatan berjalan dengan baik
dibawah komando Perwira Upacara, Lettu Laut (P) Deni Purwanto dan
dibantu perwira kapal lainnya dan ABK. Pada pelayaran keliling dunia
tahun 2012 ini KRI Dewaruci melaksanakan hal serupa selama empat kali.
Dalam sejarah, belum pernah terjadi sekali pelayaran melaksanakan
kegiatan pembabtisan selama empat kali memasuki usianya ke-60 tahun.
Sejak meninggalkan Dermaga Ujung, Surabaya 15 Januari 2012 pembabtisan
yang telah dilaksanakan yaitu mandi khatulistiwa 19 orang prajurit TNI
AL dan tiga jurnalis pada tanggal 21 Januari 2012, pembabtisan 74 orang
kadet AAL tingkat II korps pelaut, suplai, marinir pada tangggal 12 Mei
2012 dan pembabtisan 27 kadet AAL tingkat II korps teknik, elektro pada
tanggal 3 Juni 2012 serta hari ini pembabtisan dua orang perwira dari
Sri Lanka. Selah semua ritual dijalani, kegiatan diakhiri dengan foto
bersama dan pembersihan geladak kapal oleh ABK.
|
posted @ Friday, September 28, 2012 6:12 AM by Dispenal Mabesal