Sabtu, 29 September 2012

KRI DEWARUCI BABTIS DUA PERWIRA SRI LANKA

 
Kamis (27/9/2012) dini hari KRI Dewaruci melaju dengan kecepatan rata-rata delapan knot mengarungi Samudera Hindia dari Colombo, Sri Lanka menuju Belawan, Medan untuk merampungkan etape ke-22.
Setelah sholat subuh berjamaah di geladak H, suasana KRI Dewaruci terlihat berbeda, para Anak Buah Kapal (ABK) sibuk dengan membasahi lantai yang terbuat dari kayu di sepanjang lorong dengan air laut, tiap sudut kapal diikat kain, menyiapkan selang, pompa air, tak ketinggalan solar dan oli bekas dimasukkan ke dalam drum merupakan bagian awal dari kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu “pembabtisan” bagi penumpang yang baru pertama kali ikut kapal latih TNI AL.
Yang membuat istimewa adalah “pasien” yang dibabtis kali ini adalah dua orang perwira dari Sri Lanka masing-masing berpangkat liutenant (kapten), bernama Liutenant/BMGS Jayarane dan Liutenant/CGS Kumara. Kedua perwira tersebut ikut dalam pelayaran dari Colombo, Sri Lanka menuju Belawan, Medan dalam rangka pelatihan singkat agar mengetahui bagaimana kegiatan yang dilaksanakan di KRI Dewaruci, seperti halnya tahun sebelumnya. Kegiatan navigasi, operasi, bahari, logistik, peran layar, latihan peran kebakaran, latihan peran kebocoran, latihan peran peninggalan, pengoperasian alat-alat navigasi, halu kapal, plot peta, keperwirajagaan, Peraturan Urusan Dinas Dalam (PUDD) khas TNI AL dan kegiatan lainnya hingga awal bulan depan.
Dengan terlibatnya dua perwira Sri Lanka dalam etape ke-22 ini, selain menambah wawasan dan pengalaman perwira Sri Lanka dan tukar menukar ilmu keangkatanlautan, juga merupakan wujud hubungan diplomatik yang baik antara Indonesia dengan Sri Lanka.
Begitu terdengar suara-suara menyeramkan dari pengeras suara di anjungan kapal yang terdengar di seluruh bagian kapal, kedua penumpang baru tersebut keluar dari kamar perwira hanya mengenakan celana pendek, lalu diperintahkan untuk merayap melalui lorong sempit dengan rute lounge room kadet, kamar mandi bintara-tamtama, kamar mandi kadet, lounge room bintara-tamtama dan dapur lalu kembali ke depan kamar perwira sejauh kurang lebih 50 meter. Suara keras beberapa punggawa tertawa lepas, diiringi musik yang menyeramkan tak henti-hentinya menghiasi pagi buta sehingga suasana kapal berubah menjadi mencekam ditambah dengan lampu-lampu di sepanjang lorong dipadamkan. ”Ha... ha... ha... suruh merayap dua orang perwira Sri Lanka itu..... mandikan mereka, ha....ha....ha...”, teriak para punggawa dari anjungan. Setelah merayap dua putaran, kedua perwira tersebut diperintahkan untuk naik ke Geladak H dan disambut dengan teriakan, bentakan dari para punggawa yang sudah menunggu. Sambutan semprotan air lautpun tak luput ditubuh berwarna gelap itu lalu diperintahkan melakukan hal sama, merayap di geladak dua kali putaran dari geladak tengah hingga haluan disetiap sudut berdiri dengan garang para punggawa berpakaian hitam-hitam. Ritual berikutnya adalah menaiki tiang Bima (tiang paling depan) dan mengambil nama babtisnya diatas tiang, dilanjutkan menaiki tiang Arjuna. Setelah merayap dan naik tiang dilanjutkan dengan mandi oli dan stempet, “mandikan mereka berdua...... ha....ha...ha.... sucikan mereka..... ha....ha....ha.... mereka masih bau darat, diperutnya masih banyak makanan dasar laut yang harus disucikan...... ha...ha...ha...”, suara punggawa memerintahkan. Tidak sampai hitungan menit kedua perwira tersebut sudah penuh dengan oli dan stempet di sekujur tubuhnya.
Tidak lama kemudian datanglah sosok pria gagah bernama Bima yang diperankan oleh Kopda Mes M. Irfan didampingi dua punggawa yang menyeramkan, diperankan oleh Kls Ttb Tubagus Gozali Ilmi dan Kld Kom Ragil Bastoni. Kedatangan Bima disambut oleh Komandan KRI Dewaruci, Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto, kemudian Bima menanyakan kepada Komandan KRI Dewaruci, “ada apa gerangan komandan?” Komandan menjawab “mereka adalah dua orang perwira dari Sri Lanka yang ikut dalam pelayaran ini, dari Sri Lanka sampai ke Indonesia, mereka masih kotor, mohon untuk disucikan wahai Bima”, jawab Komandan. “Baiklah Komandan, kedua perwira ini akan kami sucikan, ha...ha...ha...” ungkap Bima dan diikuti tertawa menyeramkan oleh kedua punggawanya sambil berjalan menuju singgasana dibawah tiang Arjuna dengan gambar tengkorak diatas silangan tulang manusia. Maka prosesi selanjutnya adalah mandi dengan dicelupkan ke dalam tong yang berisi oli dicampur solar, laporan kepada Bima, mencium kaki Bima dan terakhir minum pil serta jamu dewaruci.
Tokoh Bima diambil dari pewayangan Jawa. Bima adalah seorang kesatria sakti, kuat mempunyai kuku ampuh bernama pancanaka di tangannya, berwatak jujur, setia, patuh, adil, keras kemauan, ulet, kukuh memegang pendirian, tenang dan tidak sombong. Bima mencari sesuatu yang dapat memberikan kebahagiaan abadi bagi manusia yakni “tirta amerta” lalu bergurulah kepada pendeta Durna (seorang Brahmana dari negeri atas angin ketika muda bernama Kumbayana) dan mendapat petunjuk bahwa apa yang sedang dicari itu ada di dasar samudera. Dikaji cerita itu mengandung falsafah kehidupan, petuah dan pendidikan bagi manusia bahwa untuk mencapai tujuan tidaklah mudah jalannya, penuh dengan tantangan yang harus diatasi sehingga diperlukan ketabahan iman maupun mental. Akhirnya Bima mendapatkan jawaban atas pertanyaan apa arti hidup itu. Setelah mengatasi segala macam kesulitan ia bertemu dengan Dewaruci di pusat Samudera. Secara singkat cerita Dewaruci dan tokoh Bima didalamnya merupakan cerita penggemblengan mental untuk mengenal diri sendiri atau introspeksi, yaitu dengan mengikuti pelayaran di kapal layar milik TNI AL ini yang merupakan kapal latih untuk menambah pengetahuan, astronomi, cuaca, ombak, gelombang laut sehingga tercapai keyakinan, kepercayaan serta kemampuan diri.
Salah satu tujuan pembabtisan ini diantaranya untuk mengenalkan secara detail fisik kapal, menjadikan lebih kuat dan tidak mabuk laut, menjadi pelaut-pelaut sejati. Seluruh rangkaian kegiatan berjalan dengan baik dibawah komando Perwira Upacara, Lettu Laut (P) Deni Purwanto dan dibantu perwira kapal lainnya dan ABK. Pada pelayaran keliling dunia tahun 2012 ini KRI Dewaruci melaksanakan hal serupa selama empat kali. Dalam sejarah, belum pernah terjadi sekali pelayaran melaksanakan kegiatan pembabtisan selama empat kali memasuki usianya ke-60 tahun. Sejak meninggalkan Dermaga Ujung, Surabaya 15 Januari 2012 pembabtisan yang telah dilaksanakan yaitu mandi khatulistiwa 19 orang prajurit TNI AL dan tiga jurnalis pada tanggal 21 Januari 2012, pembabtisan 74 orang kadet AAL tingkat II korps pelaut, suplai, marinir pada tangggal 12 Mei 2012 dan pembabtisan 27 kadet AAL tingkat II korps teknik, elektro pada tanggal 3 Juni 2012 serta hari ini pembabtisan dua orang perwira dari Sri Lanka. Selah semua ritual dijalani, kegiatan diakhiri dengan foto bersama dan pembersihan geladak kapal oleh ABK.
 
posted @ Friday, September 28, 2012 6:12 AM by Dispenal Mabesal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar