Rabu, 01 Agustus 2012

Ikuti Ekspedisi KRI Dewaruci Keliling Dunia pada Bulan Ramadan, Rute Kanada-Porto (3) Lintasi Lokasi Tenggelamnya Kapal Titanic


 
KANADA (RP) - Pelayaran Boston-St Johns, Kanada, sejauh 900 nautical mile (1.666 Km) ditempuh selama lima hari.

Para awak kapal bisa kembali beraktivitas rutin, termasuk persiapan unjuk seni di Kanada.

Petang itu KRI Dewaruci sedang melintasi Tanjung Sable, perairan timur Kanada. Seusai apel petang di geladak atas, kesibukan awak Dewaruci bertambah.

Para ABK (anak buah kapal) yang tergabung dalam tim kesenian mendapat perintah dari Perwira Pelaksana (Palaksa) Mayor Laut (P) Osben Alibos Naibaho untuk berlatih tari.

‘’Anggota tim kesenian daerah kumpul di geladak H untuk latihan’’. Demikian instruksi perwira jaga lewat pengeras suara di seluruh penjuru kapal.

Tim itu beranggota personel bintara, tamtama, maupun kelasi. Mereka biasa tampil dalam setiap acara cocktail party, malam keakraban, dan agenda diplomasi saat Dewaruci sandar di sebuah negara.

Beberapa kesenian yang disuguhkan, antara lain, tari remo ala Jawa Timuran, reog Ponorogo, dan badindin dari Minang, Sumatera Barat. Ada juga rampak gendang Jawa Barat dan tari perang khas Papua.

Tak heran bila pertunjukan kesenian oleh tim kru Dewaruci selalu menarik perhatian para diplomat asing maupun warga setempat. Sebab, selain unik, kesenian tersebut khas.

Latihan petang itu merupakan kali pertama setelah tiga bulan vakum. Sebelumnya, pertunjukan kesenian dalam setiap acara di daratan dipersembahkan tim kesenian kadet AAL. Setelah para kadet pulang ke Tanah Air, misi kebudayaan itu dikembalikan lagi kepada para awak Dewaruci.

Awak Dewaruci pun menyambut perintah atasan dengan serius. Mereka berlatih dengan sungguh-sungguh. Misalnya, yang ditunjukkan Juru Navigasi Serda Asep Sutiono (40), kru paling senior di kelompok rampak gendang. Dia tampak begitu bersemangat saat memainkan alat musik tradisional itu memimpin enam anggotanya.

‘’Sejak gabung di Dewaruci, saya harus bisa menampilkan kesenian dari berbagai daerah,’’ ujar bintara asal Tangerang tersebut.

Asep mengungkapkan, saat bertugas di KRI Arun, kru tidak wajib menguasai tari-tarian etnik Indonesia seperti di Dewaruci. Sebab, di KRI Arun, dirinya diplot menggawangi setir kapal di anjungan. Sementara itu, di Dewaruci, para kru dituntut tidak hanya bisa mengoperasikan kapal, tapi juga menjadi duta bangsa lewat kesenian.

Selain Asep, anggota tim reog Ponorogo Serma Riyanta termasuk tentara sepuh. Meski begitu, bintara bahari yang usianya mendekati kepala lima itu tetap bersemangat ketika memerankan warok. ‘’Sekalian olahraga untuk kebugaran tubuh,’’ ujar tentara yang sudah mempunyai seorang cucu tersebut.

Lain lagi peran yang dibawakan Juru Masak Koptu Saut Tulus Silaban. Dia masuk anggota kelompok tari perang Papua. Lalu, Kelasi Kepala Martuko Simatupang menjadi warok Ponorogo. Juru Bahari Kelasi Satu R Guteres yang asal Dili, Timor Leste, dipercaya menjadi pemain singa barong dalam reog Ponorogo.

Kemudian, juru layar dari Bali I Gede Sastrawan menjadi salah seorang penabuh rampak gendang. Pokoknya, di Dewaruci terjadi lintas budaya.

Latihan berakhir menjelang matahari terbenam sekitar pukul 19.30. Langit mulai beranjak gelap, Dewaruci berposisi di tenggara Provinsi Newfoundland, Kanada.

Tidak jauh dari wilayah itu, pada 14 April 1912, terjadi sebuah tragedi laut terbesar sepanjang sejarah. Kapal pesiar Britania Raya bernama Titanic tenggelam setelah menghantam gunung es. Musibah tersebut menewaskan 1.514 penumpangnya.

Insiden terjadi dalam pelayaran perdana Titanic dari Southhampton, Inggris, ke New York, AS. Sebagian korban tewas karena hipotermia yang dipicu dinginnya air laut hingga -2 derajat Celsius.

Perairan itu pada bulan-bulan tertentu dilalui bongkahan es yang hanyut terbawa arus air laut ke selatan. Bongkahan es yang menyerupai bukit maupun gunung tersebut terlepas dari wilayah Kutub Utara maupun greenland Denmark. BMKG Maritim setempat sempat mengingatkan Dewaruci tentang es yang hanyut dari Newfoundland.

Udara dingin yang berembus malam itu membuat saya tidak tahan berlama-lama di geladak atas Dewaruci. Iklim di Newfoundland, berdasar prakiraan BMKG Bandara St John’s selama Januari-Juni 2012, masuk musim dingin.

Di antaranya ditandai turunnya hujan salju. Kemudian, musim panas terjadi pada Juli-September. Bulan berikutnya sampai akhir tahun masuk musim semi.

Meski pelayaran ke Kanada terhitung musim panas, efek musim dingin bulan sebelumnya masih terasa. Terutama ketika kapal melewati perairan Kanada di timur Halifax.

Ketika itu, Dewaruci berpapasan dengan beberapa yacht (sejenis kapal layar kecil) yang menyambut musim panas. Namun, temperatur kurang bersahabat masih terasa di Pelabuhan St John’s.

Dewaruci sandar selama tiga hari di dermaga 9 pelabuhan itu untuk kemudian melanjutkan pelayaran menuju Porto, Portugal, menjelang Ramadan 1433 H. (ari/ila)
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar