Kamis, 02 Agustus 2012

Ikuti Ekspedisi KRI Dewaruci Keliling Dunia pada Bulan Ramadan, Rute Kanada-Porto (5-Habis) Cerah, Kru Ramai-ramai Bersihkan Kapal


Cerah, Kru Ramai-ramai Bersihkan Kapal
Palaksa Mayor Laut (P) Osben Alibos Naibaho (kiri) menyaksikan anggotanya berlatih tari badindin menjelang sandar di Kanada. (F-SURYO EKO PRASETYO/JAWA POS)

 

KANADA (RP) - Kesibukan awak KRI Dewaruci meningkat menjelang sandar di Saint Johns, Kanada. Di antaranya, membuat kinclong kembali bagian kapal yang berkarat.

Cuaca cerah tak disia-siakan para ABK (anak buah kapal) KRI Dewaruci siang itu. Mereka memanfaatkan kondisi itu untuk membenahi sekaligus merapikan geladak atas dan properti layar.

Misalnya, pagar railing besi bercat putih di sepanjang lambung kanan dan kiri kapal. Beberapa bagian yang sudah berkarat dibersihkan, lalu digosok dengan menggunakan kertas ampelas. Setelah permukaannya terasa halus, bagian itu dicat lagi hingga kinclong.

Lapisan kayu dan kuningan di atas railing yang tampak buram juga tak luput dibersihkan. Bintara utama Peltu Yohanes Satoro dengan cekatan mengambil kain gombal, cat pernis, dan braso. Kayu yang berfungsi sebagai pegangan pagar itu pun ‘’disulap’’ lagi menjadi tampak baru.

Sedangkan kuningan yang membungkus ujung-ujung kayu railing digosok braso. Warna buram pada logam itu kemudian berubah menjadi lebih terang.

‘’Ini perawatan rutin. Biar kapal tetap dalam kondisi baik terus,’’ ujar prajurit yang sudah lebih dari 20 tahun mengabdi di atas geladak Dewaruci itu.

Meski terhitung senior, urusan pembenahan eksterior geladak yang tak terputus, mulai haluan hingga buritan, menjadi tanggung jawab bersama seluruh kru.

Tentara berpangkat kelasi, tamtama, bintara, maupun perwira pertama bisa disemprot atasan bila geladak utama Dewaruci dalam kondisi berantakan.

Geladak terbuka atau biasa disebut geladak H merupakan perwajahan kapal tersebut setelah landmark pada bagian tiang dan lambung kapal. Di geladak H terdapat haluan, pintu masuk ke geladak tengah, anjungan, geladak isyarat (atap anjungan), serta buritan.

Selain itu, ada kemudi kapal dan peralatan layar seperti tali layar, peti berisi peralatan memanjat, layar cadangan, serta sekoci. Sebelum memasuki jerohan kapal latih Dewaruci, setiap orang akan melewati geladak setinggi 4,55 meter dengan panjang 49,66 meter itu.

Hampir seluruh kegiatan penting dilaksanakan di geladak utama tersebut.

Misalnya, salat berjamaah, apel atau upacara, ramah tamah, dan kegiatan belajar-mengajar. Geladak utama juga sering dipakai latihan kesenian, olahraga, dan cocktail party. Karena itu, geladak utama harus selalu kelihatan terawat, rapi, dan bersih.

Kesibukan para ABK juga terlihat di bawah tiang panjat Bima (tiang depan), Arjuna (tiang tengah), dan Yudhistira (tiang belakang). Di lokasi itu terdapat banyak jenis tali, mengingat Dewaruci dilengkapi 16 jenis layar.

Layar-layar tersebut tertambat di tiga tiang utama plus tiang cocor (depan haluan). Totalnya, belasan layar itu 1.091 meter persegi.  Untuk mengoperasikan layar-layar tersebut diperlukan tali seukuran jempol tangan pria dewasa.

Tali-tali itu dilingkarkan di sebuah gulungan besi statis. Agar poros gulungan tidak aus atau macet ketika diputar perlu diberi pelumas.

‘’Sekalian supaya gulungan tali lebih rapi,’’ tegas juru layar Kelasi Satu Supriyadi.  Aktivitas lain terlihat di geladak dekat akses pintu ABK. Juru bahari Serda Umar Sabat tampak memperhalus lantai dari kayu.

Dengan menggunakan gerenda listrik, bintara dari Kupang itu melantai sembari menggosokkan gerinda ke lantai yang dianggap kurang rata. Sambungan antarlantai kayu dari silikon turut dirapikan.

Untuk menghindarkan kayu dari keretakan akibat suhu udara yang panas, lantai perlu disiram air. Selain itu, kru kapal menutup tanda-tanda korosi di beberapa titik logam besi geladak atas.

Korosi itu disebabkan air laut yang setiap saat membasahi geladak. Penutupan dilakukan dengan menggunakan cat warna hitam dan cairan silikon. Dalam waktu singkat, cat cepat mengering.

Perawatan selalu dilakukan menjelang kapal sandar. Terutama saat cuaca bersahabat. Kegiatan itu setidaknya bisa mengusir kebosanan berbulan-bulan hidup di tengah laut.  ‘’Kondisi kapal yang tetap cantik juga penting. Sebab, setiap sandar, Dewaruci menjadi objek tontonan warga setempat,’’ ujar Supriyadi.(ari/ila)
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar