Selasa, 21 Agustus 2012

Perjalanan KRI Dewaruci pada Hari-hari Terakhir Ramadan di Eropa (3) 5 Jam dari Madrid untuk Temui Saudara Sendiri


17 Agustus 2012 - 08.10 WIB

 5 Jam dari Madrid untuk Temui Saudara Sendiri
SHALAT : Para awak Dewaruci usai shalat berjamaah di kapal.foto: jpnn

 
Click Here
CADIZ (RP) -Kedatangan KRI Dewaruci di Cadiz, Spanyol, cukup mengobati rasa kangen WNI yang tinggal di negeri itu. Apalagi, kapal legendaris berumur 60 tahun itu singgah saat Ramadan.

Nama Kota Cadiz bagi penggawa Dewaruci sejatinya tidak asing. Sebab, pada Juni 2003 kapal latih TNI-AL itu juga singgah di kota pelabuhan tersebut.

Sembilan tahun silam Dewaruci dinakhodai Letkol Laut (P) Didin Zainal Abidin. Kala itu kapal berlayar dalam ekspedisi keliling Eropa setelah berlayar estafet dari Sabang (Nanggroe Aceh Darussalam), Cochin (India), Salalah (Oman), Jeddah (Arab Saudi), Port Said (Mesir), dan Tunis (Tunisia).

Berdasar rekam jejak, Dewaruci dalam sejarahnya sudah singgah di Spanyol lima kali. Selain singgah di Cadiz dua kali (2003 dan 2012), kapal layar tiang tinggi itu pernah mampir ke pantai selatan Malaga dua kali (Agustus 2003 dan Juli 2010) serta singgah sekali di pantai barat La Coruna (Juni 2005).

Pada kedatangannya kali ini, Dewaruci singgah ke salah satu wilayah di Andalusia, Spanyol Selatan, lagi dalam suasana berbeda.

‘’Hampir setiap Dewaruci berlayar ke luar negeri, biasanya, bertepatan bulan Ramadan,’’ tutur Bintara Perbekalan Sertu Bek Aunu Rofik saat semobil dengan saya untuk belanja logistik di Jerez, Cadiz.

Meski bulan puasa, menurut tentara yang sudah 20 tahun mengabdi di Dewaruci itu, sulit menemukan suasana Ramadan di kota-kota tempat kapal tersebut singgah.

Kecuali jika kapal sandar di ibu kota negara-negara muslim Afrika Utara, Timur Tengah, dan sebagian Asia yang kebanyakan penduduknya memeluk Islam.

Umat Islam di Cadiz juga terbilang minim. WNI yang tinggal di sana pun tercatat hanya empat orang. Yakni, sepasang suami istri yang menempuh studi S-3 di Universitas Cadiz, Andalusia, dan dua perempuan Indonesia bersuami warga Spanyol yang menetap di kota itu.

‘’Saya baru menyusul istri ke Spanyol lima bulan lalu (April 2012, red),’’ ungkap Irfan Estiono Saputro, warga Bekasi, saat mengunjungi Dewaruci.

Suami Widiastuti Setyaningsih itu gembira karena Dewaruci yang diawaki 77 personil TNI plus wartawan JPNN tersebut singgah di Cadiz. Meski sudah lima bulan mendampingi istri studi di negeri jauh, Irfan mengaku masih merasa terasing.

Karena itu, bila kangen dengan suasana Tanah Air, mereka mengunjungi orang-orang Indonesia yang menetap di Negeri Matador itu, termasuk dua pasangan gado-gado Indonesia-Spanyol.

‘’Yang bersuami orang sini Bude Lilik dan Bude Yuni. Mereka sudah kami anggap seperti keluarga sendiri,’’ tutur Irfan.

Perasaan gembira juga ditunjukkan para pejabat dan staf KBRI Spanyol. Meski menempuh perjalanan darat sekitar lima jam dari Madrid ke Cadiz, mereka menyambut rombongan Dewaruci seperti saudara sendiri.

‘’Ketika bertugas di luar negeri, saya tidak pernah melewatkan setiap muhibah internasional Dewaruci,’’ ucap Duta Besar Indonesia untuk Spanyol Adiyatwidi Adiwoso Asmady.

Widi, panggilan akrab Dubes perempuan itu, mengaku telah empat kali menyambut TNI-AL tersebut. Dia kali pertama terlibat dalam penyambutan Dewaruci pada 1986.

Kala itu Dewaruci ikut dalam Expo 1986 di Vancouver, Kanada. Kebetulan, ayah Widi menjabat Dubes RI untuk Kanada dan dia bersekolah di sana kala itu. ‘’Saya ikut pentas kesenian untuk meramaikan kedatangan Dewaruci,’’ kenangnya.

Pengalaman kedua terjadi ketika kapal itu singgah di Belanda. Saat itu, 2003, Widi menjadi staf KBRI Belanda.

Sedangkan dua ekspedisi lain dilakukan pada 2010 dan 2012, ketika Widi sudah menjadi Dubes di Spanyol.

‘’Sangat bangga bisa mengenalkan budaya Indonesia ke dunia internasional. Apalagi pada bulan Ramadan seperti ini,’’ tuturnya.

Sekretaris I Fungsi Komunikasi KBRI Madrid Chandra Djaya Irianto juga mengungkapkan sukacitanya atas kehadiran Dewaruci. Apalagi, pertemuan itu terjadi saat buka puasa.

‘’Seharusnya kami yang menjamu, ini malah kami yang dijamu. Apalagi, menunya khas Indonesia dan pas di lidah,’’ puji pejabat dari Betawi itu saat buka bersama di lounge room perwira di geladak tengah Dewaruci.

Menu buka puasa yang disajikan para koki kapal petang itu termasuk ‘’spesial’’. Diawali dengan menu tajil berupa kolak kacang hijau, lalu makanan utamanya sayur sup serta sambal goreng teri dan kacang dengan lauk telur dadar, perkedel, dan kerupuk ikan.

Sedangkan untuk menu cuci mulut, ada buah jeruk dan pisang. Acara buka bersama itu dilanjutkan dengan salat Isya dan Tarawih berjamaah di geladak atas.(bersambung/ari/ila)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar