Rabu, 01 Februari 2012




Kalteng Pos, Kamis, 26 Januari 2012 11:15:04 WIB
JAYAPURA - Setelah 11 hari mengarungi laut, KRI Dewaruci akhirnya tiba di Jayapura, Papua. Ini adalah etape pertama dari muhibah mengelilingi empat samudera yang akan dilakoni kapal legendaris itu. Jarim jam di ruang anjungan KRI Dewaruci menunjukkan pukul 04.00 dini hari. Kapal berusia 60 tahun itu sudah melewati batas garis di utara alur menuju Dermaga Porasko, Jayapura. Berarti, waktu kedatangan Dewaruci pada persinggahan di Jayapura lebih cepat dari rencana. Penyambutan oleh jajaran Pangkalan Utama TNI-AL (Lantamal) X di Jayapura dijadwalkan pukul 08.00. Lantaran masih dini hari, kapal sengaja memutar di sisi timur dengan laju perlahan. Banyaknya kapal yang sedang parkir di jalur itu membuat Dewaruci tidak memaksakan diri langsung sandar. Selain pandangan mata terbatas oleh suasana gelap, risiko senggolan dengan kapal lain memungkinkan terjadi. Apalagi dalam pelayaran larut malam itu hujan turun lumayan deras. Di sisi lain, dasar dermaga yang bersebelahan dengan bagian belakang gedung DPRD Papua itu mengandung banyak lumpur. Lemahnya daya cengkram jangkar membuat Dewaruci sengaja tidak lego jangkar. Kapal sebatas diikatkan dengan sejumlah penambat di tepi dermaga. "Kebijakan komandan sandar mendekati waktu penyambutan. Peran pandu (pemanduan sandar) saat gelap bakal lebih sulit," kata Kepala Divisi Navigasi Lettu Laut (P) Mario Marco kepada Jawa Pos di ruang anjungan dengan lampu penerangan yang samar-samar itu. Berlayar ke Jayapura mengingatkan Mario pada kampung halamannya di Serui, Papua. Meski hanya sandar tiga hari, perwira yang sebelumnya bertugas di KRI Soputan-923 itu berharap bisa melepas kerinduan dengan keluarga. Sebab, setelah ini Mario akan melanjutkan pelayaran sampai Oktober mendatang. "Sudah kontak keluarga. Mereka sudah menunggu di dermaga," katanya. Kapal sempat bergerak menjauh ke timur sekitar 10 mil. Dari buritan, terlihat kelap-kelip pemandangan Kota Jayapura yang berkontur perbukitan di sisi tenggara. Setelah itu, Dewaruci berbalik menuju arah lampu-lampu tersebut. Suara azan Subuh yang dilantunkan perwira pasukan katak Lettu Laut (P) Hairul Aziz menggema di seluruh bagian kapal. Karena lantai geladak utama masih basah, dia menginformasikan agar ibadah tersebut dilakukan sendiri-sendiri di kamar. Sinar mentari kemudian perlahan mulai menampakkan di ufuk timur. Bayangan kapal mulai terlihat. Kedatangan Dewaruci ke ibukota Papua itu merupakan napak tilas perjalanan kapal layar latih TNI-AL ke Amerika dengan rute transit yang hampir sama. Pada muhibah internasional 2007, Dewaruci juga menyambangi Papua sebelum bertolak ke Kwajelein, Amerika Serikat (AS). "Banyak yang berubah. Pembangunan di sekitar kawasan dermaga begitu pesat," komentar Bintara Utama (bama) Peltu Sba Yohanes Satoro. Tentara dari Purwokerto itu mengungkapkan, selama bertugas hampir 21 tahun di Dewaruci, dia beberapa kali ke Jayapura. Selain lima tahun lalu, pada 2000 pria berkumis tipis yang familier dipanggil bama itu menilai, Jayapura sudah berbeda jauh. Ya, kawasan di sekitar dermaga memang sudah dihiasi banyak bangunan. Beberapa hotel jaringan internasional berdiri kukuh. Sementara itu, bibir dermaga dipenuhi banyak bangunan permanen maupun semi permanen. Yohanes ingat, di salah satu sudut dermaga biasanya dipakai untuk tempat memancing. "Kami dulu saat sandar, di sini biasanya memancing sotong (ikan semacam cumi-cumi). Tapi, sepertinya sekarang sudah berubah menjadi dermaga peti kemas," ujarnya. Sinar matahari mulai marangkak naik. Dari kejauhan terlihat sebuah gedung dua lantai beratap biru. Di sebelah kanannya terlihat tanker besar bertulisan Satrol Lantamal (Satuan Patroli Pangkalan Utama TNI-AL) X. Itu merupakan salah satu unit satuan keamanan laut di bawah Armada RI Kawasan Timur (Armatim). Di pinggir dermaga terlihat para bintaran dan tamtama berbaris menunggu tali penghubung pengait tambatan dilempar kru kapal. Proses pemanduan yang berlangsung sekitar 30 menit berjalan lancar. Dewaruci sandar dengan sempurna. Prosesi penyambutan terlihat sederhana. Tidak ada tenda di halaman belakang markas satuan matra laut itu. Anak tangga kemudian diturunkan. Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseta beranjak melewati anak tangga besi bercat putih itu sembari memberikan hormat. "Selamat datang di Jayapura," kata Wakil Komandan Lantamal X Kolonel Laut (P) M. Imron Junaedi. Setelah mengarungi lautan selama 11 hari nonstop dari Dermaga Ujung, Surabaya mulai (15/1) lalu, para awak Dewaruci bisa beristirahat di darat. Sandar selama tiga hari digunakan untuk perbaikan ringan dan acara promosi terbuka bagi pelajar dan masyarakat selama dua hari di geladak utama. Pada Sabtu (28/1) lusa, Dewaruci kembali mengarungi Samudera Pasifik menuju Kwajelein dengan durasi perjalanan selama 11 hari. (*/ca/jpnn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar