Rabu, 01 Februari 2012


Suka Duka Para Lajang Awak KRI Dewaruci
Jadwal Lamaran Berantakan, Nikah pun Ditunda
 Padang Ekspres • Jumat, 20/01/2012 11:37 WIB • Laporan Suryo Eko Prasetyo • 183 klik
DEMI NEGARA: Lettu Laut (K) dr Bangun Pramujo (foto kiri) dan Kelasi Dua Agung P
Tidak bertemu keluarga dan orang-orang tercinta dalam waktu lama menjadi konsekuensi tersendiri bagi awak KRI Dewaruci. Itu pula yang dialami Kelasi Dua Agung Pujiono dan Lettu Laut (K) dr Bangun Pramujo.

FOTO mesra Agung Pujiono dan Dwi Lestari tidak pernah lepas dari dompet loreng khas tentara yang dibawanya. Dengan pakaian khas anggota TNI-AL, Agung berdampingan dengan sang kekasih yang hendak dinikahi. Foto itu menjadi penawar kangen Agung selama berlayar hampir sepuluh bulan dengan KRI Dewaruci.

Sebagai tentara lajang yang bertugas di Kesatuan Kapal Bantu Ar mada RI Kawasan Timur (Satbanarmatim), waktu Agung banyak dihabiskan di atas kapal. Tidak hanya saat jam dinas mau pun waktu jaga (tiap hari hingga pukul 18.00), tidur di kapal atau yang biasa disebut tidur dalam harus dilakoni personel yang masih bujang.

Lantaran merasa siap berumah tangga, prajurit kelahiran Salatiga, Jateng, 21 November 1989, itu sudah merencanakan pernikahan pada pertengahan April 2012. Masing-masing keluarga sudah saling sepakat. “Saya kenal Dwi sejak awal masuk SMK di sekolah yang sama. Kami pacaran mulai kelas III, setelah jadian dalam acara pendakian pencinta alam di Gunung Ungaran pas tahun baru 2008,” kenang tentara yang bertugas di satuan KRI Arun-903 itu.

Perkenalan Agung dengan Dwi dirajut di bangku SMK Texmaco, Semarang. Agung duduk di jurusan informatika, sedangkan kekasihnya di jurusan tekstil. Perjuangan Agung untuk menaklukkan hati Dwi tidak gampang. Tidak hanya merayu sampai menyiapkan segala keperluan mendaki. Tetapi, juga diperlukan nyali untuk meluluhkan hati orangtuanya agar mendapat izin mendaki gunung sampai bermalam.

Sinyal hijau didapat setelah Agung mampu meyakinkan sang bapak bahwa dirinya bertanggung jawab “mengawal” keselamatan Dwi. “Teman yang lain nggak diberi izin ayahnya. Kebetulan saya kok boleh,” ujar kelasi yang menjabat juru elektronika dan navigasi itu. Hubungan kasih tersebut pun terus berlanjut hingga orangtua Dwi menyatakan tidak berkeberatan putrinya dinikahi Agung.

Rencana pernikahan pun mulai dipersiapkan anak sulung di antara dua bersaudara itu. Karena membutuhkan proses panjang untuk pengurusan administrasi, misalnya mengantongi izin komandan dan lulus serangkaian tes, Agung baru berencana menghadap komandannya pada November 2011.

Jika izin dari pimpinannya turun, Agung semula menjadwalkan melamar Dwi pada Desember lalu. Tetapi, skenario yang sudah dia susun berantakan. Turunnya telegram rahasia dari panglima Armatim pada 3 Oktober tahun lalu membuat dia sempat bimbang terhadap rencana berkeluarga dalam waktu dekat. Namanya masuk daftar personel KRI Arun-903 yang diperbantukan ke KRI Dewaruci.

Sebagai tentara, Agung pantang menolak perintah. Di sisi lain, sebagai warga negara, dia punya hak seperti menikah. Kebetulan, jadwal nikah yang direncanakan berbenturan dengan agenda Dewaruci ke Amerika Serikat (AS).
Selama April nanti, Dewaruci masih melakukan perjalanan etape ke-6 dari Panama–AS. Total etape yang ditempuh kapal legendaris itu adalah 24 etape.
Kapal yang berlayar perdana pada 1953 tersebut dijadwalkan baru kembali ke Dermaga Ujung, Surabaya, pada 17 Oktober 2012. “Untungnya, pihak keluarga Dwi bersedia mengerti. Akhirnya, antar keluarga sepakat menunda lamaran dan akad nikahnya setelah saya pulang Oktober nanti,” tutur Agung.

Bagi Agung, pelayaran Dewaruci kali ini bakal menjadi bagian dari sejarah hidupnya. Sejak lolos tes masuk TNI-AL pada 2008 dan bertugas di KRI Arun, dia belum pernah melakoni pelayaran internasional. Tugas operasi militer sebatas wilayah perairan Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan selama tiga bulan. Di sisi lain, masuk tentara merupakan salah satu obsesi ayahnya, Suwarno, yang berdinas di Korem 073 Makutarama, Salatiga, dengan pangkat kopral kepala.

Kondisi keluarganya terbatas secara ekonomi. Terutama setelah Suwarno mengalami kecelakaan tahun lalu, status kedinasannya dipersingkat. Ibunya, Latifah, hanya seorang ibu rumah tangga. “Mungkin tidak sampai dua tahun lagi bapak dipensiun dini. Saya diharapkan meneruskan karirnya sebagai tentara,” ucap dia.

Ada kesan lain yang bakal Agung dapat dari pelayaran Dewaruci. Per 1 Oktober mendatang pangkat balok di lengannya bertambah satu. Yaitu, naik dari kelasi dua menjadi kelasi satu setelah surat penetapannya menjadi personel TNI-AL genap empat tahun.

“Harapan bapak terhadap saya menjadi tentara agar bisa hidup berkecukupan dengan pangkat dan jabatan yang lebih tinggi dari bapak,” ucapnya.

Selain Agung, kru Dewaruci yang harus menunda jadwal pernikahan adalah Lettu Laut (K) dr Bangun Pramujo. Lulusan perwira karir 2008 itu terpaksa mengundur rencana menikahi Fidelia Catherine. Penundaan tahun ini merupakan kali kesekian dia putuskan.

Perkenalan Bangun dengan seorang guru Yayasan Pendidikan Musik (YPM) Bintaro itu terjalin di Jakarta. Sebelum dimutasi ke Armatim mulai Juni 2010, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, tersebut berdinas di Armabar (Armada RI Kawasan Barat).

“Penugasan kali ini bisa menjadi ujian kesetiaan kami. Sebelumnya kami antara putus-nyambung,” canda perwira kelahiran Pekalongan, Jateng, yang akan genap 30 tahun pada 7 November. Selama bertugas di Armatim, Bangun selalu menjadi ujung tombak tim kesehatan di setiap satuan kapal.

Bangun merupakan dokter langka di lingkungan TNI-AL yang mengantongi brevet perwira dari satuan kapal selam. Kenaikan pangkat dari letnan dua menjadi letnan satu dia peroleh dalam pelayaran. “Kalau setahun bisa berlayar sampai tiga kali, kapan jadinya,” ujarnya.

Misi Kartika Jala Krida dengan Dewaruci kali ini merupakan yang kedua bagi Bangun. Tahun lalu dia mengawal ratusan ABK dan kadet ke Guangzhou, Tiongkok, selama 52 hari.
Kendati tidak menyebut terperinci tanggal maupun bulan revisi jadwal menikahnya, dia mematok 2012 merupakan toleransi terakhir.  Bangun mengaku sering disindir keluarga karena belum berumah tangga hingga usia menjelang kepala tiga.

Apalagi, mendekati momen Imlek yang biasanya banyak keluarga dia yang saling kunjung. “Pokoknya, kawin tahun ini sepulang dari pelayaran Dewaruci,” tegasnya. (***)
[ Red/Redaksi_ILS ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar