Kamis, 11 Oktober 2012

Kisah di Balik Layar KRI Dewaruci Nur Khafifah - detikNews Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Foto: Nur Khafifah/detikcom Jakarta KRI Dewaruci telah berlayar selama 59 tahun di tujuh samudra di dunia. Inilah kisah di balik layar kapal pencetak pelaut handal ini. KRI Dewaruci memiliki tiga tiang layar utama yang menunjukkan jenisnya yakni Tall Ship Barqentine, biasa digunakan untuk pelatihan TNI AL, buatan tahun 1953. Kapal berwarna putih ini memiliki 16 layar, lebar lambung 9,5 meter, panjang lambung 58,3 meter, bobot 874 ton, kecepatan dengan mesin 10,5 knot, kecepatan dengan layar 9 knot, dan mampu menampung 120 orang. Nama Dewaruci sendiri diambil dari tokoh pewayangan yaitu dewa yang berhati lembut. Di KRI Dewaruci, pahatan tokoh Dewaruci terpampang di sebuah meja makan oval berukuran 4x6 meter. Dewaruci digambarkan sedang menatap Bima yang mencengkeram naga di lautan. "Lukisan ini menggambarkan kisah pewayangan Dewaruci ketika menjadi guru Bima, hingga akhirnya Bima menemukan sebuah kebenaran dan kejujuran saat bertarung dengan naga di samudera," ujar salah satu perwira yang menjelaskan makna gambar tersebut di atas kapal KRI Dewaruci, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (11/10/2012). KRI Dewaruci telah selesai melaksanakan misi terakhirnya sebagai duta pariwisata Indonesia, berlayar mengelilingi dunia selama 227 hari dengan jarak tempuh 27.000 nautikal mil selama tahun ini. Kapal kebanggaan Nusantara ini sudah mendapatkan sejumlah peremajaan terutama di sektor navigasi dan mobilisasi. Sejumlah piagam penghargaan dari negara-negara yang pernah dikunjungi turut dipajang di salah satu ruangan kapal yang memiliki bar kecil untuk tamu VVIP. "Pada tahun 2003, saat kita meningalkan Belanda, hampir seluruh awak kapal KRI Dewaruci berkaca-kaca, dan saya sendiri menangis. Ketika itu dentuman meriam pasukan angkatan laut Belanda sebanyak 17 kali dan lagu Indonesia Raya mengiringi sambil menaikkan bendera merah putih besar sekali," kata Kepala Koki KRI Dewaruci, Sertu Ainur Rofiq. Rofiq juga teringat ketika KRI Dewaruci berlabuh di sejumlah negara di Eropa. Pasalnya, para pengunjung kapal tersebut meminta makanan ke Rofiq yakni nasi goreng dan bakso. "Kita punya acara cocktail party dan orang Eropa paling suka makanan kita nasi goreng dan bakso. Kebanyakan dari mereka pun menyebutnya nasi goreng, padahal kita masak biasa saja, tapi mereka suka sekali," kata pria yang telah memasak makanan untuk awak KRI Dewaruci sejak tahun 1988 tersebut. Hari ini KRI Dewaruci memilih Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan terakhir masa baktinya dan disambut meriah oleh TNI AL di Komando Lintas Laut Militer. Setelah itu, KRI Dewaruci akan dimuseumkan di Surabaya, menyimpan sejuta cerita kebanggaan Nusantara.

Kisah di Balik Layar KRI Dewaruci

Nur Khafifah - detikNews

Foto: Nur Khafifah/detikcom
Jakarta KRI Dewaruci telah berlayar selama 59 tahun di tujuh samudra di dunia. Inilah kisah di balik layar kapal pencetak pelaut handal ini.

KRI Dewaruci memiliki tiga tiang layar utama yang menunjukkan jenisnya yakni Tall Ship Barqentine, biasa digunakan untuk pelatihan TNI AL, buatan tahun 1953. Kapal berwarna putih ini memiliki 16 layar, lebar lambung 9,5 meter, panjang lambung 58,3 meter, bobot 874 ton, kecepatan dengan mesin 10,5 knot, kecepatan dengan layar 9 knot, dan mampu menampung 120 orang.

Nama Dewaruci sendiri diambil dari tokoh pewayangan yaitu dewa yang berhati lembut. Di KRI Dewaruci, pahatan tokoh Dewaruci terpampang di sebuah meja makan oval berukuran 4x6 meter. Dewaruci digambarkan sedang menatap Bima yang mencengkeram naga di lautan.

"Lukisan ini menggambarkan kisah pewayangan Dewaruci ketika menjadi guru Bima, hingga akhirnya Bima menemukan sebuah kebenaran dan kejujuran saat bertarung dengan naga di samudera," ujar salah satu perwira yang menjelaskan makna gambar tersebut di atas kapal KRI Dewaruci, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (11/10/2012).

KRI Dewaruci telah selesai melaksanakan misi terakhirnya sebagai duta pariwisata Indonesia, berlayar mengelilingi dunia selama 227 hari dengan jarak tempuh 27.000 nautikal mil selama tahun ini. Kapal kebanggaan Nusantara ini sudah mendapatkan sejumlah peremajaan terutama di sektor navigasi dan mobilisasi.

Sejumlah piagam penghargaan dari negara-negara yang pernah dikunjungi turut dipajang di salah satu ruangan kapal yang memiliki bar kecil untuk tamu VVIP.

"Pada tahun 2003, saat kita meningalkan Belanda, hampir seluruh awak kapal KRI Dewaruci berkaca-kaca, dan saya sendiri menangis. Ketika itu dentuman meriam pasukan angkatan laut Belanda sebanyak 17 kali dan lagu Indonesia Raya mengiringi sambil menaikkan bendera merah putih besar sekali," kata Kepala Koki KRI Dewaruci, Sertu Ainur Rofiq.

Rofiq juga teringat ketika KRI Dewaruci berlabuh di sejumlah negara di Eropa. Pasalnya, para pengunjung kapal tersebut meminta makanan ke Rofiq yakni nasi goreng dan bakso.

"Kita punya acara cocktail party dan orang Eropa paling suka makanan kita nasi goreng dan bakso. Kebanyakan dari mereka pun menyebutnya nasi goreng, padahal kita masak biasa saja, tapi mereka suka sekali," kata pria yang telah memasak makanan untuk awak KRI Dewaruci sejak tahun 1988 tersebut.

Hari ini KRI Dewaruci memilih Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan terakhir masa baktinya dan disambut meriah oleh TNI AL di Komando Lintas Laut Militer. Setelah itu, KRI Dewaruci akan dimuseumkan di Surabaya, menyimpan sejuta cerita kebanggaan Nusantara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar